Perkembangan psikososial dalam teori Erikson memberikan pandangan bahwa manusia dalam perkembangan psikososialnya mengalami perubahan-perubahan sepanjang hidupnya. Pandangan Erikson terhadap perkembangan psikososial anak usia SD menekankan proses-proses sadar yang dialami anak ketika berinteraksi sosial. Teori Erikson mengelompokkan anak usia SD (6-12 tahun) ke dalam tahap industry versus inferiority (berkarya versus perasaan rendah diri). Anak usia SD pada tahap ini telah menyadari bahwa dirinya memiliki keunikan dan kemampuan yang berbeda dengan temannya. Anak mulai membentuk konsep diri sebagai anggota kelompok sosial di luar keluarga. Ketergantungan anak terhadap keluarga menjadi berkurang.
Hubungan anak dengan orang dewasa di luar keluarga memberikan pengaruh penting dalam pengembangan kepercayaan diri dan kerentanan terhadap pengaruh sosial oleh Bastable (dalam Trianingsih, 2016). Bahaya bagi anak ketika timbul rasa tidak percaya diri, oleh sebab itu dalam proses pembelajaran peran guru sangat penting dalam menumbuhkan semangat berkarya sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.
Perkembangan Moral Anak Usia SD
Santrock (dalam Trianingsih, 2016) menjelaskan bahwa perkembangan moral merupakan suatu konsep tentang peraturan-peraturan dan nilai-nilai yang menjadi dasar sikap seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain. Menurut Santrock terdapat tiga domain utama dalam perkembangan moral yaitu pemikiran, tingkah laku, dan perasaan. Tahapan-tahapan perkembangan moral Piaget membagi tahap perkembangan moral menjadi dua, yaitu moralitas heteronom dan moralitas otonom. Moralitas heteronom (usia 4 - 7 tahun) tahap dimana anak memahami keadilan dan peraturan sebagai sesuatu yang berada diluar kendali manusia sehingga tidak dapat diubah atau bersifat tetap sehingga dalam menilai dari suatu tindakan hanya melihat pada konsekuensinya. Moralitas otonom (usia 10 tahun keatas) tahap dimana anak sadar bahwa peraturan dibuat oleh manusia sehingga dalam menilai suatu tindakan harus mempertimbangkan niat pelaku dan konsekuensinya.
Anak usia SD antara 7 - 10 tahun berada pada masa transisi moralitas heteronom ke moralitas otonom sehingga pada moralitas anak akan ditemukan kedua karakteristik perilaku kedua tahap tersebut oleh Santrock (dalam Trianingsih, 2016). Terkait dengan aspek perkembangan moral anak, guru di kelas harus mampu menghadirkan konflik sehingga anak belajar melakukan manajemen konflik yang baik. Penanaman moral dilakukan tanpa disadari anak sehingga dapat mendorong kesadaran dalam dirinya untuk bertindak dengan moral yang baik. Guru juga harus menjadi teladan yang baik dan mampu memahami setiap keunikan siswanya.
Karakteristik anak usia sekolah
Anak usia sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik dengan mulai mengembangkan kemandirian diri dan menentukan batasan-batasan norma di lingkungan sekitarnya. Variasi pertumbuhan dan perkembangan suatu individu baik variasi perkembangan fisik maupun variasi perkembangan kepribadian. Menurut Moehji (dalam Fibrianto, 2019) ada beberapa karakteristik anak usia sekolah, antara lain :