Mohon tunggu...
Rangga Nugraha
Rangga Nugraha Mohon Tunggu... Relawan - XII MIPA 7 | SMAN 1 Padalarang

Jika kamu gagal, ya sudah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hatta: Kedatangannya Membawa Perubahan

18 November 2021   15:09 Diperbarui: 18 November 2021   15:39 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Tenang saja ma, saya sudah menemukan sekolah yang tepat untuk Hatta. Kita akan memasukkannya ke Sekolah Rakyat sesuai dengan perjanjian kakeknya Hatta." Ujar ayah Hatta pada istrinya.

"Alhamdulillah, kalau begitu kita besok daftar kesana ya pa, Hatta pasti senang kalau sekolah secepatnya."

"Mmm,... Baiklah kalau itu demi Hatta, ayo tidur sekarang. Kita nanti berangkat pagi saja ya".


Keesokan paginya, Hatta terbangun dari tidurnya. Ia baru saja bermimpi bermain dengan teman teman sebayanya. Mungkin karena semalam dia banyak berkhayal sebelum tidur. Entah kenapa pagi ini membuat Hatta merasa akan ada kejutan menantinya hari ini. Benar saja, ayahnya menyuruh Hatta untuk bersiap siap pergi ke tempat yang akan menjadi sekolah Hatta. Sunggu kejutan yang besar bagi Hatta ketika mendengar hal itu. Kemudian bersiap siaplah mereka pergi menuju sekolah baru Hatta.
Sesampainya di sekolah, ayah Hatta menemui kepala sekolahnya yang terlihat agak kurus. Orangnya tua dan cukup ramah. Diantarlah keluarga Hatta menuju ruangan guru.

"Ooh ini anaknya yang mau sekolah disini ya."
" Iya Pak, namanya Hatta, usianya sudah 5 tahun. Dia ingin sekolah supaya punya teman teman sebaya sepertinya."
"Wah... sayang sekali Pak, untuk masuk sekolah ini minimal anak harus berusia 6 tahun dulu."
"Tapi anak saya sudah bisa membaca dan menulis dengan baik Pak. Mohon dipertimbangkan lagi."
"Hebat sekali usia 5 tahun sudah bisa membaca dan menulis. Tapi mohon maaf Pak, tidak bisa. Sudah menjadi peraturan sekolah ini untuk menampung anak yang mulai berusia dari 6 tahun."

Mendengar pembicaraan dua orang dewasa itu, Hatta sepertinya mengerti bahwa dirinya belum bisa sekolah saat ini. Wajahnya langsung terlihat sedih dan berharap bisa sekolah secepatnya. Akhirnya, Hatta pulang ke rumahnya dengan perasaan yang tidak enak di hatinya. Orang tuanya berusaha untuk menghibur Hatta saat dijalan pulang. Walaupun Hatta belum bisa menghilangkan rasa sedih sepenuhnya, ia agak sedikit lega setelah dihibur orang tuanya dengan becanda dan gurauan dari mereka saat di jalan.

Seminggu setelah Hatta tidak diterima di sekolah rakyat, ayah Hatta menemukan sekolah swasta yang bisa menerima siswa baru seusia Hatta. Sekolah swasta yang dimaksud disini adalah sekolah yang dikelola per-orangan. Sekolah ini adalah milik mantan tentara Belanda yang bernama Mr. Lederboer. Jadi tidak heran jika sekolah ini memiliki salah satu pelajarannya adalah bahasa Belanda.

Selepas maghrib, Hatta pergi mengaji ke Surau Inyik Jambek. Agak jauh dari jarak rumahnya Hatta. Teman mengaji Hatta, rata-rata tidak bersekolah di pagi harinya. Mereka kebanyakan membantu orang tuanya di sawah atau menggembala kerbau. Oleh karena itu, walaupun punya teman mengaji, Hatta tidak pernah bermain bersama mereka. Di surau, anak-anak diajari mengaji dengan berlagu. Hatta cepat belajar mengenal huruf Arab, cepat pula pandai membaca Juz Amma, tetapi dalam berlagu, ia tidak pandai.    


Pagi hari yang ditunggu tunggu Hatta pun tiba. Ia tidak sabar untuk pergi ke sekolah barunya. Seandainya dia tahu bagaimana sekolahnya nanti, mungkin Hatta tidak akan segembira ini. Saat sesampainya di sekolah, Hatta terlihat heran karena keadaannya sangat sepi. Ia mengira sekolahnya akan ramai. Namun kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi.
"Kok sepi?" Hatta bertanya tanya dan keheranan.
"Maaf ya nak, papa lupa bilang ke kamu, sebenarnya sekolah ini hanya baru kamu yang daftar karena masih baru. Tapi tunggu saja, siapa tau nanti ada yang daftar lagi seusia kamu." Kata ayahnya dengan wajah yang tidak enak pada Hatta.
"Iya pah, gak papa." Jawaban singkat Hatta sambil tersenyum pada ayahnya.

Sebulan kemudian, Hatta masih sekolah sendiri disana. Sebenarnya ia masih berharap ada yang masuk di sekolahnya sehingga ia memiliki teman. Namun walaupun begitu, hal itu tidak akan mematahkan semangat Hatta dalam belajar. Setiap hari ia belajar dengan tekun dan sesekali mengambil cuti supaya ia bisa beristirahat dan tidak terlalu tertekan dalam menerima materi.

Hanya enam bulan Hatta belajar di sekolah swasta. Engku Guru Thalib mengabari Mas Agus bahwa di kelas 1 Sekolah Rakyat banyak kursi yang tersedia. Karena usia Hatta sudah genap enam tahun. Hatta sangat senang karena akhirnya sebentar lagi dia akan mempunyai banyak teman di sekolah barunya, Hatta pun segera masuk kelas 1 Sekolah Rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun