"Berpeganganlah dengan kuat, awalnya agak sedikit mengerikan, tetapi kau akan terbiasa jika sudah di angkasa."
Hempasan sayap yang kuat menerbangkan butiran pasir dan debu di atas geladak kayu. Kepakan sayapnya senyap, tetapi kekuatannya luar biasa. Naleeka berteriak walau tangannya mencengkeram erat bulu-bulu Junior.
Semakin tinggi, tinggi, dan tinggi.
Ia seakan bisa meraih bintang-bintang di atas sana, merasakan hempasan angin yang sejuk menerpa wajah, dan tertawa bahagia saat melihat kapal kayu beserta pasir warna-warni tampak kecil.
Naleeka merasakan ada yang menggelitik dari dalam perut hingga tengkuknya. Perasaan merinding yang sulit diungkapkan lewat kata-kata kecuali jeritan bahagia dan tawa lepas.
"Junior, aku ingin melepaskan tanganku, boleh?"
Manusia burung hantu itu tertawa dan mengizinkan Naleeka melakukan keinginannya.
"Satu, dua, tiga!!!"
Dalam hitungan tiga, Naleeka melepaskan cengkeraman tangannya pada bulu-bulu lembut burung hantu. Ia merasa terbang, melayang, dan piyama merah mudanya ditiup angin tanpa ampun.
Naleeka seperti akan jatuh dari ketinggian yang sangat amat jauh dari daratan. Jantungnya berdebar keras, matanya terpejam erat, ia memekik bahagia lagi dengan sangat lantang. Kakinya terasa geli begitupun telapak tangan yang ia angkat ke angkasa.
"Tuan Putri, kita hampir tiba, berpeganganlah!" pinta Junior.
Gadis itu segera menuruti dan menggenggam erat bulu halusnya. Junior kemudian menukik tajam ke arah lapangan kosong di depan mercusuar yang dikelilingi oleh pasir warna-warni menyala serta karpet merah yang indah.