Mohon tunggu...
Rangga Dipa
Rangga Dipa Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

write a story to inherit my grandchildren.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Resilience

21 September 2024   05:15 Diperbarui: 21 September 2024   08:13 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di manakah gerangan dirinya? Naleeka membatin, mencoba untuk tidak peduli dan tetap menjalankan misinya untuk mengambil selimut berharga pemberian Ayah pada hari ulang tahun kesepuluh.
Udara dingin kembali menyapa. Malam langsung merampas penglihatannya dengan serakah, Naleeka segera meraih lampu petromaks temaram untuk menemaninya melangkah di dalam kegelapan.


Ia membungkuk, celingak-celinguk sambil memastikan keadaan di luar rumah aman. Sunyi sekali, bahkan suara seranggan pun ditelan oleh malam yang perkasa. Naleeka menelan ludah dan melangkah dengan sangat hati-hati, menyusuri perkebunan kelapa dan bakau tempat biasa dia lewati.


Walaupun demikian, suasananya agak sedikit mencekam, ia bisa merasakan bulu kuduknya berdiri karena tiupan angin yang silir, belum lagi seperti ada kumpulan mata menyala yang mengamati di antara belukar yang gelap itu. Naleeka tetap tak acuh dan melangkah dengan mantap.


Baginya, lebih baik menyelamatkan selimut ketimbang takut dengan penunggu setempat.


Setibanya di kapal kayu, Naleeka mengembuskan napas lega karena selimutnya masih tergeletak di sana walaupun partikel-partikel pasir mulai mengerubungi bak semut yang berduyun-duyun kumpul pada tumpukkan gula batu.
Ia melihat ke pulau di seberang sana.

 Lampu mercursuar masih padam, tetapi ada sekitar 2 buah perahu kayu sedang mengarungi ganasnya air laut pasang bersama setitik cahaya yang makin lama ditelan kegelapan.


Naleeka memandangi keheranan. Sebetulnya apa yang sedang terjadi? Siapa gerangan orang-orang yang nekat berlayar di tengah malam seperti ini?


Gadis itu duduk pada kapal kayu yang sama, kemudian menguap karena rasa kantuk mulai menyerang matanya yang berair. Ia menjadikan selimut bulu domba sebagai alas, lalu tertidur di atasnya dalam hitungan detik.


***


"Aduh, sakit sekali!" seru Naleeka saat merasakan perahu tempatnya tertidur bergoyang tak beraturan, membuat kepalanya sakit lalu terduduk seraya memegangi kepala.


Betapa terkejutnya ia saat melihat kapal kayu itu telah berlayar mengarungi lautan yang gelap. Naleeka melongok ke bawah, lautan tak berujung itu membuatnya bergidik ngeri, lekas dia bergegas mundur dan bersembunyi di dalam selimut bulu domba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun