Safitri terdiam membeku. Matanya terpaku, cemas dan takut. Namun, sifat jantannya hilang di hari itu. Alih-alih bertemu dan menjelaskan semuanya kepada Tatsuki, ia hanya diam dan membiarkan Tatsuki berlinang air mata sambil berlari keluar dari gedung.
    Sejak saat itu Safitri sadar, ia baru saja kehilangan rencana Tuhan yang telah diarsipkan di langit sana hanya untuk memenuhi egonya semata.
***
      Mereka mengantre pada kasir yang berbeda. Petugas kasir membantu Tatsuki menghitung total belanjaannya, sementara Safitri yang berada di kasir sebelah masih menatap Tatsuki dengan penuh arti dan penyesalan.
      Seharusnya belanjaan mereka menjadi satu. Jeruk-jeruk itu biarlah Safitri yang bayar, Tatsuki menunggu di restoran bersama anak mereka. Namun, semua itu hanyalah angan-angan belaka.
      Safitri mengeluarkan lembaran rupiah untuk membayar, membawa kantung belanjanya keluar, lalu melambaikan tangan tanda perpisahan mereka.
      Tatsuki dengan ramah membalas lambaian tangan Safitri, begitupun Maruko yang sangat bahagia akan pertemuan mereka. Sebelum Safitri melangkahkan kaki keluar, bibirnya bergerak mengucapkan kata, "Maafkan aku, Tatsuki."
      Senyum itu pudar dari wajah Tatsuki. Ia hanya mengangguk kemudian Safitri pergi meninggalkan pasar raya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H