" Jika niat kalian hanya untuk ini" mandung menunjuk kearah selangkangannya
" Kemarilah, biar aku saja yang menggantikan seluruh perawan amben rempak. Lagi pula aku yang tercantik diantara mereka".
Prajurit yang lama bergelut dengan senapan tentu saja tidak ambil pusing mendengarkan perempuan ngoceh, lagi pula mereka tak tahu omong jawa.
Pemimpin pasukan memperingatkan tentaranya untuk mundur dan memberondong mandung dengan peluru, tapi tidak digubris.
Lagi pula siapa yang mampu menyangkal gejolak berahinya sendiri di tengah perang yang berkecamuk.
Pria dewasa yang terlibat perang yang bukan demi kepentingan sendiri. Entah apa yang di perjuangkan mereka tak tahu, yang mereka tahu musuh harus di gempur, markas harus di serang, negara harus ditundukan dan perang harus dimenangkan.
Dengan meninggalkan kekasihnya terlantar di negeri sendiri dan hidup tanpa pernah melihat keindahan dan kelembutan seorang wanita.
Dan saat itu tiba-tiba ada perempuan telanjang di hadapan mereka. Persetan komandan, mereka terus melaju.
Senapan mereka, ramai-ramai di tanggalkan bersama busana lusuh yang lekat dengan bau mesiu, lumpur dan darah yang mengering.
Mereka menghadapi mandung bergiliran dengan pistol mereka yang mengacung tegak.
Berhari - hari mandung digarap. Dan seakan tak punya lelah, mandung kembali bergulat melawan mereka satu persatu sampai bertahan berminggu-minggu.