Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Keberanian untuk Aling

17 Maret 2022   09:49 Diperbarui: 7 April 2022   14:41 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan takut dijotos masmusso, saya lebih khawatir dengan hati saya sendiri apabila aling tidak percaya pada saya setelah saya berkata dengan jujur.

Kebenaran tentang peristiwa yang menimpa baba ho di toilet langgar. Tidak ada yang tahu tentang itu selain saya, bapak dan aling. Biar begitu orang-orang tetap dapat kabar dari burung.

Rupanya benar kata orang, apabila angin mampu mengabarkan berita buruk. Andai saja angin juga mengabarkan berita baik, saya ingin titipkan rindu untuk aling padanya.

" Baba ho terjatuh kesrimpet sarung "
" Bukan, katanya karto yang mendorongnya"
" Padahal anaknya ustad, kelakuan kok maling"


kata orang berbisik sembunyi-sembunyi, walau jelas tujuannya untuk diperdengarkan.
Saya tidak ambil pusing jika orang-orang salah paham.

Yang saya tahu saya harus berbicara pada aling malam ini juga.

Saat saya ditugaskan membagi zakat fitrah, saya mengajukan diri membawa bagian zakat mualaf. Hadirlah saya di depan pintu rumah aling, setelah lama saya ketuk, mungkin sekitara lima kali, mulai ada tanda orang yang membuka pintu.

Dan benar saja, bukan aling yang saya temui, tapi biangnya,baba ho.

Sampai selesai sembahyang fitri, saling bersalaman dan saling memaafkan, rahasia itu tetap tidak terungkap. Memang benar hubungan saya dengan aling sudah membaik, akan tetapi ada jarak yang membentang disana.

Aling tetap dekat dengan kusno dan saya tetap ikut bermain bersama mereka juga masmusso.

Rupanya butuh keberanian menyatakan kebenaran dan lebih mudah melupakan semuanya begitu saja,demi kebaikan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun