saya kembali bisu, dia pun sama
" Saya minta maaf pak, apabila saya berkata kasar dan memperlakukan anda secara tidak hormat, tapi itu bukan maksud saya"
akhirnya saya beranikan diri menjelaskan.
" Tidak apa, anak muda. saya tidak keberatan kamu panggil bung. Saya hanya menyayangkan anak muda sekarang tumbuh menjadi anak yang bodoh dan tidak lagi percaya kisah-kisah ajaib. Saya kemari memang mencari putri duyung" katanya tanpa ragu
Walau akhirnya saya mendapat jawaban dari laki-laki tua itu batin saya tidak mampu menahan tawa. Akhirnya saya tidak berani bertanya apa-apa lagi kepada laki-laki tua itu, dan saya hanya menemaninya memancing angan-angan gilanya disamping box ikan yang selama ini kosong.
Langit yunani begitu biru dan cekung, indah berdampingan dengan awan yang hampir menyatu dengan laut, sedap memandang lurus kedepan mengarah ke izmir walau sebenarnya tidak lurus, tapi melengkung seperti langit dan laut augea, burung camar terlihat mengudara di kejauhan, terpental angin sampai membuatnya oleng.
" Dulu ada seorang dewi bernama Dewi Atargatis"Â
Hampir saya terjungkal ke luar tebing karena terkejut dengan suara yang tiba-tiba muncul dari laki-laki tua itu. Tapi saya berusaha tidak terlihat terkejut dan mulai memperhatikan apa yang akan keluar dari mulutnya setelah ini.
" Dewi Atargatis jatuh cinta kepada seorang laki-laki biasa dan karena perbedaan kasta mereka, membuat cinta mereka di tentang banyak pihak, paling utama keluarga dewi itu. Mereka akhirnya melarikan diri ke mari dan berjanji untuk hidup bersama selamanya.Â
Tapi karena kekasihnya hanya manusia akhirnya ia mati dan karena dewi atargatis kecewa akan nasibnya, Ia akhirnya menceburkan diri ke laut sambil memohon dirinya di kutuk saja menjadi ikan, tapi karena dia seorang dewi, tubuh indahnya tetap terjaga dari kutukan buruk dan akhirnya setengah tubuhnya tetap terjaga seperti seorang dewi walaupun setengahnya lagi sudah malih menyerupai ikan.
Laki-laki yang ia nikahi itu, satu keturunan dengan leluhur saya.
saya kemari untuk melanjutkan sumpahnya." laki-laki tua itu sejenak mendongeng.