Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Laki-laki Tua dan Takhayul

10 Maret 2022   16:01 Diperbarui: 19 Maret 2022   11:42 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kevin-wong-eQrmll67V54-unsplash

Lain disini, semua orang skeptis satu sama lain, mereka tidak mempedulikan orang lain, satu-satunya yang mereka pedulikan adalah diri mereka sendiri, mereka akan mempertahankan betul-betul apa yang jadi milik mereka dan bagi mereka " milik-ku adalah milikku milikmu ya milikmu jangan lagi dicampur aduk !" sehingga sampah milik mereka juga tak hendak mereka bagi ke orang lain. 

Mereka akan menyimpan sampah itu dan membuangnya di tempat sampah mereka sendiri-sendiri karena mereka tidak rela sampah-nya di miliki orang lain. dan semenjak semua orang berfikir begitu pantai menjadi bersih tanpa sampah.

Dipagi buta selalu saya sempatkan berjalan-jalan sampai mentok bibir pantai dan saat saya sampai disana, telah ada seorang laki-laki tua yang mendahului saya. 

Laki-laki tua itu sedang duduk diatas box ikan menghadap laut sambil memegang pancing sendirian, mula - mula saya tidak acuh tapi lama-lama saya penasaran pada pria tua itu karena setelah saya perhatikan dia tidak pernah mendapatkan satu ekor ikan pun dari pancingnya dan saya menjadi heran mengapa pria itu tetap begitu tenang walaupun sudah menghabiskan waktu ber jam-jam duduk disana. 

Biasanya sampai saya dibuat kedingininan oleh angin setelah berlama-lama memandangi pantai saya akan kembali ke penginapan, dan laki-laki tua itu tetap duduk di sana tenang-tenang saja.

Bahkan saya pikir awal-awal dulu laki-laki tua itu adalah patung yang sengaja diletakan disana sebagai maskot pantai, dan setelah hari ketujuh saya mulai merasa kesepian, akhirnya saya putuskan untuk pergi ke bibir pantai dan menyapa laki-laki tua itu untuk membunuh waktu.

Saya berkenalan dengannya dan memberitahu nama saya, tapi dari awal saya sudah niat untuk tidak bertanya mengenai namanya, sebab saya takut laki-laki tua itu tidak berkenan dan apabila laki-laki tua itu berkenan-pun saya pasti akan dibuat susah mengingat dan mengucapkan namanya yang asing dan banyak huruf konsonannya. 

Laki-laki tua itu tidak menunjukan gelagat peduli dengan saya, hanya melirik kearah saya sebentar lalu kembali menatap laut yang jauh. Kemudian saya beranikan diri untuk bertanya setelah terlebih dulu memohon ijin dan meminta maaf telah mengganggu waktunya. Saya bertanya


" Mengapa anda suka sekali memancing disini pak, bukankah disini tidak ada ikan?"

Pertanyaan saya dijawab oleh angin pantai yang dingin, akhirnya setelah beberapa menit bisu, saya mencoba bertanya lagi dengan pertanyaan sedikit saya ubah penekanannya.

" Apa yang sedang anda lakukan disini pak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun