Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Televisi Sontoloyo

25 Februari 2022   16:04 Diperbarui: 19 Maret 2022   12:28 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


" Jajal wae wit kelopo di jotos, nek ra putung tangane" terdengar suara orang serampangan bicara dalam bahasa jawa.

Setelah dicari sumber suaranya datang dari sonto loyo.

Memang anak ini tidak pernah menjaga ucapannya, pantas tidak ada yang mau berkawan. Menurut penuturan teman saya yang rumahnya bersebelahan dengan sonto loyo, anak ini adalah anak setan, orang tuanya bukan lagi manusia. 

Buktinya mereka tidak pernah mau di undang pengajian Ya Sin, atau Kenduri atau apapun yang ada bau-bau mengaji dan tradisi. Menurut teman saya itu, bapaknya pernah lari terbirit-birit setelah dengan tidak sengaja melihat rupa asli keluarga sonto loyo, bapaknya berkata bahwa mereka mempunyai tanduk dan muka merah seperti setan.

Saya mendesak teman saya untuk membuktikan omongannya itu, dan ternyata teman saya ini bersumpah telah melihat dengan mata kepalanya sendiri.

Saya tidak punya pilihan lain selain membuktikannya sendiri dan setelah bersabar sebentar akhirnya saya punya waktu berdua saja dengan sonto loyo.

Setelah bel istirahat berbunyi, sonto loyo pergi ke kamar kecil untuk kencing, saya ikuti dari belakang sambil pura-pura memperhatikan tembok. Setelah ia masuk dan mengunci pintu saya jadi sedikit merinding, saya baru ingat apabila letak kamar kecil ini tersembunyi dan dikelilingi hanya tembok.

Kemudian saya menguatkan diri saya dengan menganggap diri saya adalah tokoh Batu seperti dalam acara film yang saya tonton tadi malam. "Batu tidak takut pada siapapun" gumamku dalam hati.

Sonto loyo keluar dari kamar kecil dengan tatapan dingin di tembakan kedepan, dia berjalan lurus saja seakan tidak melihat ada saya di depannya. Saya tertantang untuk balik mendekat padanya, dan setelah dekat kira-kira satu jengkal, saya bertanya padanya

" Kamu keluarga setan ya". Sekonyong-konyong sosok didepan saya itu berubah menjadi merah, kulitnya merah menyala dan muncul tanduk di kepalanya.


Ternyata benar dia adalah anak setan, tanpa menunggu aba-aba saya melepaskan straight di susul cross dan swing ke tubuh anak setan itu. Dan rupanya dengan jurus begitu saja dia sudah loyo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun