Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Televisi Sontoloyo

25 Februari 2022   16:04 Diperbarui: 19 Maret 2022   12:28 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sering berandai-andai menjadi sosok gagah seperti itu, barang kali saya juga dapat menjadi tampan. Lambat laun saya mulai bangun siang dan kadang-kadang terlambat pergi ke sekolah. Simbok menuduh televisilah sebab saya menjadi sering mengantuk dan terlambat pergi ke sekolah. 

Tentu saja saya tidak terima, televisi yang hanya diam begitu di salah-salahkan. Akhirnya saya memberikan jaminan pada simbok bahwa saya akan tidak terlambat lagi pergi ke sekolah, dan akan tidak mengantuk lagi saat sembahyang subuh atau menyantap sarapan. 

Saya mulai bersiasat untuk merubah kebiasaan saya, tentu saja akan beresiko jika saya tetap melakukan kebiasaan itu di depan simbok atau bapak.

Akhirnya saya memberikan tempo yang lebih lama saat sedang buang air besar, tentu simbok tidak akan mencurigai saya tertidur saat didalam kakus, karena saya akan berpura-pura mengejan. Saya tidak terkejut rencana itu berhasil, karena saya telah memperhitungkannya masak-masak.

Di sekolah saya mulai menceritakan acara-acara yang saya tonton kepada teman-teman saya, mereka semua suka mendengarkan cerita saya, kata mereka dongeng saya lebih baik daripada dongeng guru kami.

Teman saya selalu terhibur dengan cerita saya kecuali satu orang, namanya Sonto , panjangnya Sonto Loyo. Saya tidak ambil pusing karena saya sebenarnya tidak pernah menganggap dia teman saya, bahkan saya tidak pernah mau repot-repot memperhatikannya selama ini. 

Saya bercerita pada mereka tentang adegan pukul-pukulan di Bioskop Transparansi yang saya tonton tadi malam. Judulnya Batu balboa, dalam acara film tersebut di ceritakan seseorang bernama Batu adalah seorang petinju amatir yang hidupnya kere dan menjalani pekerjaan sebagai preman penagih utang sambil menjalani hobinya sebagai tukang jotos. 

Tapi tiba-tiba ada juara dunia tinju kelas berat yang sedang gabut karena tidak bertemu musuhnya setelah jau-jauh melawat, dan akhirnya menantang Batu untuk beradu jotos.

Yang membuat saya bergetar takjub adalah kekalahan dari juara dunia tinju kelas berat ini setelah kena jotos Batu. 

Saya juga bercerita mengenai teknik-teknik tinju yang pernah bapak ajarkan. Apa itu cross,staight,hook,dan Jab. Tentu saja saya memberikan solusi bagi mereka apabila mereka tertarik mempraktikan tinju.

Saya memberi tahu mereka untuk mencari bonggol pisang. Pohon pisang atau bonggol pisang memiliki permukaan yang cukup lunak untuk dipukul dan saya jamin mereka akan diam saja menerima pukulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun