Perempuan gila yang kami kenal sabagai bagian dari sekolah kami itu, kini telah mati.
Menurut pendapat saya pak kemplu adalah orang yang paling terpukul atas kematian perempuan gila itu, saya dan seluruh warga sekolah tahu belaka bahwa selama ini pak kemplu sengaja membuat alasan yang mengada-ada untuk dapat berkeliling sekolah demi menjaga siswa-siswi agar tidak berbuat asusila.Â
Padahal alasan sebenarnya adalah supaya ia dapat mencuri-curi pandang pada perempuan gila ini. Seperti halnya saya pak kemplu pasti ngaceng jika memperhatikan perempuan gila itu.
Asumsi saya semakin diperkuat setelah saya mendengar bisik-bisik diantara siswi-siswi. Menurut penuturan mereka pak kemplu pernah terlihat sengaja berdiri lama-lama di dekat perempuan gila itu dan dari celananya terlihat ada seseuatu yang ingin menyembul keluar.
Saya sudah menduganya dari dulu jika guru ini cabul, jelas tercermin dari nada bicaranya yang sedikit mendesah ketika memangil siswi-siswi. Sebaliknya urat lehernya akan terlihat menegang dan matanya melotot keluar ketika meneriaki siswa seperti saya.
Dengan tanpa busana dan sinar matahari dibiarkan membakar kulitnya hingga coklat gelap, pun begitu masih nampak sisa-sisa kecantikan dibalik rambutnya yang kumal tak terawat.
Sepintas saya mengenang peristiwa-peristiwa. Dulu saya pernah mengolok-olok teman saya yang katanya harus kembali lagi ke mantri sunatnya karena jahitan pada kelaminnya koyak setelah penisnya ngaceng penuh setelah sepulang sunat bapaknya dengan sengaja lewat depan sekolah kami demi mencuri pandang pada perempuan gila itu.Â
Dan beberapa kakak kelas kami yang berkelakar tentang rencana mulia mereka untuk memandikan perempuan gila ini supaya bersih dan tidak bau.
Atau pak kemplu yang selalu datang pagi-pagi untuk berdiri di depan pintu gerbang dan meneriaki siswa agar lari karena terlambat padahal waktu itu saya sadar bahwa saya masih punya sisa 2 menit untuk berjalan masuk sebelum bel sekolah berbunyi.
Jelas itu akal-akalannya supaya dapat memperhatikan perempuan gila yang sedang berjongkok di depannya itu tanpa di curigai oleh guru lain.
Kali ini tubuhnya terbaring menghadap matahari yang terik dengan tanpa busana menutupi sejengkal saja tubuhnya. Tubuhnya dibiarkan terbuka tanpa rasa malu.