Kusuma berarti berbudi luhur dan wardhani berarti bunga mawar, begitulah sang nenek bercerita kepadanya terkait namanya itu.
Suatu hari kusumawardhani pulang dengan bersusah payah membawa kardus berisi kue-kue dagangannya yang tidak laku, dengan semua kue-kuenya telah koyak dan rusak.
Beberapa hari ini sikap kusumawardhani terlihat tidak biasa. Kusumawardhani seorang anak dengan perangai tenang, tapi sejak dua hari lalu ia terlihat gugup dan cemas.
Neneknya mulai menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi, apalagi kusumawardhani mulai malas makan, jelas ia sedang tertimpa musibah.
Dalam kepala tua-nya sang nenek mulai bingung dan bertambah bingung setelah melihat cucunya tak berdaya dengan bawaanya itu. Ditengah kebingungannya ia segera saja menghampiri kusumawardhani dan membantu cucunya itu.
Terlihat dari kejauhan beberapa anak laki-laki, barangkali teman satu kelas kusumawardhani berseliweran pergi.
Hari itu kusumawardhani tidak berkata apa-apa, biar begitu neneknya tahu betul bahwa kusuma sedang di tindas, teringat kejadian saat ia terusir dari kampung halamannya di wadas.
Kusumawardhani, cucunya itu.
Dia tidak menangis tapi jelas-jelas terlihat berkabung dan sedang dalam kesusahan, keadaan itu membuat sang nenek tidak tega bertanya perihal ini dan itu.
Bagi sang nenek, berhasil membujuk kusumawardhani untuk makan saja sudah sangat melegakan. Bagaimanapun kesehatan tetap yang paling utama melibihi soal ini dan itu, dan supaya tetap sehat manusia memerlukan makan.
Seperti hari-hari sebelumnya setelah semua pekerjaan rumah beres, nenek kusumawardhani akan menyiapkan adonan kue-kue, Ia sedang merugi karena kue-kuenya rusak, tapi meratapi nasib sial begitu tidak akan merubah apapun.