Anak perempuan itu bernama kusumawadhani, buah pengharapan orang tuanya supaya si anak termasyur seperti rajaputri kerajaan majapahit kusumawardhani. Nama itu pemberian dari sang ayah menurut cerita yang pernah dituturkan oleh neneknya.
Kata sang nenek, ayahnya suka sekali dengan kisah-kisah kerajaan, baginya kisah – kisah itu patut diteladani dan dihidupkan, bahkan dikobarkan seperti api perlawanan.
Ayahnya bukanlah Raja Hayam Wuruk, tapi dalam cerita sang nenek, sang ayah tak kalah masyur, ia terasa hidup di dalam penuturan sang nenek. Bagaimanapun kusumawardhani belum pernah berjumpa dengan ayahnya itu, biar begitu sang nenek mampu menyihir kusumawardhani dengan kisah-kisah sang ayah ketika masih digdaya di dunia.
Mereka sebenarnya orang dusun, nenek kusumawardhani dan ayahnya adalah keluarga yang terusir dari tanah mereka sendiri, setelah dengan semena-mena dijadikan area pertambangan dengan dalih proyek strategis nasional.
Dulu kakek dan ayah kusumawardani menentang betul wacana itu, bahkan ikut melawan digaris depan, sebab itu sang kakek akhirnya meninggal, mungkin karena terlalu tua. Usia tua memang membuat badan jadi renta, maka digebug oleh petugas pelan saja ia langsung mati.
Setelah kematian kakek kusumawardhani, semangat perlawanannya meredup, ia mulai merasa suara orang kecil seperti mereka tidak berharga. Pada titik itu ia merasa bahwa orang seperti mereka memang pantas ditindas.
Dan kemudian ia memilih melepaskan ideologinya, toh perlawanan mereka sia-sia saja. Ayah kusumawardhani akhirnya memutuskan untuk menjual tanah mereka dan pergi ke kota seperti saran tokoh besar disana, tokoh yang kedudukannya setara Brhe di jaman Majapahit.
Bhre pada jaman Majapahit adalah perwujudan dari bawahan raja majapahit yang dipercaya untuk memimpin satu daerah. Ayah kusumawardhani mafhum saja, bahwa sosok pemimpin mereka memang bukanlah raja hayam wuruk yang termasyur bijaksana.Â
Begitulah cerita awal keluarga mereka terdampar di kota, kesialan sering mendatangi mereka setelah tinggal di kota, seolah-olah jatah keberkahan tertinggal di tanah kelahiran mereka.
Ketika kusumawardhani masih di dalam perut ibunya sang ayah tiba-tiba terlibat kecelakaan di tempat kerja, dasar sang ayah kusumawardhani orang dusun yang tidak tahu cara hidup di kota-kota, tinggal di kota sebentar saja akhirnya mati kecelakaan.
Kemudian hidup mereka bertambah susah setelah meninggalnya sang ayah, mereka hidup bertiga saja, kusumawardani , nenek dan ibunya dalam satu rumah. disana sering terjadi keributan lantaran kebutuhan hidup mereka tidak tercukupi.