Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cursed Season 2: Lara Episode 4

5 Januari 2024   08:11 Diperbarui: 5 Januari 2024   08:19 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tunggu! Emily, aku belum sempat mengungkapkan sesuatu yang ingin kusampaikan kepadamu," ungkap Ocean berusaha menahan niat gadis itu, "ada sesuatu yang ingin kulakukan saat hari ulang tahun kami yang keduapuluh tiga."

Pemuda itu ingin sekali sekarang juga mengeluarkan sebentuk kotak kecil hadiah kejutan sebagai ungkapan cintanya, sekaligus keinginannya untuk...

"Aku pergi, Ocean. Bye." senyum Emily untuk terakhir kalinya, berpaling, bahkan Ocean tak sempat mengeluarkan sebentuk cincin berlian yang ia ingin sematkan di jari manis gadis itu.

Hanya sebuah nomor telepon yang ia sempat tuliskan sebelumnya dan titipkan ke dalam tangan gadis itu, apabila ingin menghubunginya kembali suatu hari nanti. Sebab tak ada alat komunikasi canggih berarti yang dapat mereka gunakan secara langsung. Hanya itulah nomor yang menghubungkan keluarga Vagano dengan dunia luar.

Menunggu dan menunggu, seolah terjadi 'lost contact', Emily mungkin sekali sudah bertemu dengan pria lain, berkencan, bahkan menikah dan memiliki bayi.

Bayangkan, 3 tahun tanpa kabar apa-apa!

Kembali ke masa kini. Senja merah di Pulau Vagano selalu tampak indah, namun membawa serta banyak kenangan menyedihkan.

"Emily pasti masih marah kepadaku saat kami hampir saja melakukan perbuatan itu di atas pianoku malam itu. Sebelum ia benar-benar bisa mencintaiku." sesal Ocean seorang diri.

Ia berdiri, menunduk sesaat, seolah berpamitan kepada ayahnya, yang sudah beristirahat untuk selamanya di sisi kedua wanita yang dahulu sama-sama mencintainya.

"Ayah, sudah aku putuskan, aku akan segera pergi ke Evermerika mencari Emily. Kau mungkin takkan setuju karena ia bukan gadis keturunan ningrat atau seorang bangsawati, namun hanya dia yang kucintai bahkan hingga saat ini. Adik-adikku takkan pernah mendapatkannya. Aku yang pertama kali mengenalnya, dan cintaku padanya begitu kuat, hingga bertahan hingga saat ini."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun