Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 107: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

23 Agustus 2023   12:04 Diperbarui: 23 Agustus 2023   12:30 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Sky hanya bisa terengah-engah dengan kecewa dan penuh kemarahan karena ia tak bisa berbuat apa-apa dan merasa tak berdaya.

Sementara si anak tengah hanya bisa mengutuki tragedi pembunuhan kudanya yang baru saja terjadi dalam sekejap mata, sepasang mata adik kembarnya masih terus mengawasi.

Earth baru kali ini merasakan suatu perasaan aneh merayapi pembuluh darah dalam tubuhnya. Antara penyesalan bercampur kepuasan melihat darah kedua dan nyawa yang ia baru cabut.

'Tadi itu hanya sebuah kebetulan. Sekarang saatnya bagiku untuk melanjutkan perjalanan utama sekaligus terakhirku ke puri.'

Dalam tas milik Ocean yang dibawanya, selain 'surat undangan' dalam botol, Earth telah menyiapkan sesuatu yang ia tahu bisa memicu hal seperti di mercu suar waktu itu.

Ya, hanya sebuah tambahan kecil yang ia rasa cukup untuk memulai pesta hari ulang tahun mereka!

Tak ingin hanya berlama-lama melihat kegalauan dan amarah Sky, Earth segera berlalu dengan Pedang Terkutuknya yang lagi-lagi berlumur darah...

Sementara itu di puri, Ocean yang baru saja terjaga, seketika seperti tersambar petir di siang hari bolong saat menerima laporan terbunuhnya para penjaga Hannah, dan penemuan dua mayat di kamar Hannah.

Petugas yang melaporkannya terengah-engah berkata, "Maafkan kecerobohan kami. Kami semua terlambat mengetahui hal ini, karena tak ada siapa-siapa berpatroli di sekitar paviliun semalaman. Dan Tuan Muda Sky juga tadi berangkat dengan kuda pagi-pagi sekali entah kemana!"

Lilian yang shock dan cemas menambahkan dengan sedih, "Astaga, ayo Ocean, kita ke sana sekarang juga! Hannah mungkin telah..."

"Ayo, kita bereskan semua hari ini, Lilian!"

Ocean yang benar-benar naik pitam karena menghilangnya Emily dan kepergian diam-diam adiknya, sekarang sudah tak tahan lagi dengan semua yang terjadi. Bersama Lilian ia bergegas menuju paviliun Hannah bersama semua penjaga yang tersisa.

Jejak-jejak lumpur kering dan darah semakin menguatkan telah terjadi sesuatu yang mengerikan di paviliun tua itu.

Di tempat kejadian perkara, dua tubuh bertumpang tindih. Kelihatan sekali yang satu mencoba membunuh yang lain. Dengan hati-hati sekali, Lilian yang bersarung tangan medis mendekati dan perlahan menyingkirkan sosok kurus tinggi bertubuh kecoklatan dari atas tubuh Hannah.

"Astaga. Mereka berdua sudah mati. Ini Zeus, ayahmu. Dan Hannah juga sudah mati!"

Ocean tak tahu haruskah sedih atau gembira dengan kematian kedua orang ini, Hannah dan Zeus.

'Ayah kami sendiri. Entahlah, aku tak tahu harus bagaimana. Kami bukannya tak berduka, hanya saja begitu bingung saat ini. Nyawa kami pun masih dalam bahaya, apalagi besok adalah hari dimana kami akan berulangtahun yang ke-23...'

Tak ingin melakukan otopsi, segera dititahkannya Lilian beserta beberapa pegawai untuk membersihkan jenazah ayahnya dan Hannah, si wanita tua yang sempat begitu membenci mereka semua.

Lilian melaksanakannya. Mereka bekerja terburu-buru memasukkan tubuh-tubuh yang sudah bersih dan diberi pakaian terakhir mereka untuk dibaringkan ke dalam dua peti jenazah dan dimakamkan kemudian.

"Ayah, baru sekarang kuburan kosongmu akan benar-benar terisi. Apakah kau 'sosok monster' yang waktu itu di Lorong Bawah Tanah diam-diam memberikanku makanan? Bila benar begitu, terima kasih, Ayah, kurasa, selamat jalan..." demikian monolog lirih Ocean sambil menatap jenazah ayahnya yang terbaring diam di dalam peti.

Ia segera keluar dari ruang persemayaman jenazah, pergi entah kemana.

Tak seorangpun sadar, salah satu sosok yang tadi terbujur kaku itu sebenarnya belum benar-benar mati.

Ia segera beringsut keluar ketika memastikan tak ada siapa-siapa di sekitar. Terlatih untuk pura-pura mati hingga nyaris tak dapat dipercaya, sosok itu dengan puas berdiri di sisi peti jenazah yang lain.

"Tak percuma bertahun-tahun aku melatih pernapasanku saat dalam kesunyian menangkap ular-ular hidup sebagai santapan di Lorong Bawah Tanah."

Zeus tersenyum puas, sekali lagi dalam dua dasawarsa, ia berhasil 'mempermainkan kematian'.

Di luar sana, sedang terjadi kehebohan. Ocean dan Lilian lagi-lagi dikejutkan dengan apa yang baru saja terjadi...

Flashback ke Beberapa Saat Sebelumnya...

Earth telah mencapai pelataran belakang puri yang siang itu kebetulan sangat-sangat sepi. Seakan-akan semua orang terhisap ke area lain dan memberinya kesempatan leluasa untuk melakukan kehendaknya.

Diletakkannya botol kaca berisi pesan di pintu utama belakang puri, memastikan benda itu akan segera ditemukan.

Lalu ke sekeliling pagar hidup yang berada di area belakang puri, disiramkannya beberapa botol minyak tanah. Ia tahu benda cair itu bisa menimbulkan api, seperti yang biasa digunakan Lilian untuk lenteranya dahulu.

Dan tentunya ia tak melupakan pemantik yang ia dapatkan dari dapur.

Cukup untuk menarik perhatian Ocean dan memaksanya hadir dalam pesta ulangtahun terakhir kami besok! Reuni tiga bersaudara yang takkan pernah terlupakan! Ha ha ha ha ha...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun