Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 74: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

25 Juli 2023   11:20 Diperbarui: 25 Juli 2023   11:25 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Earth sadar, ia tak boleh terlena berlama-lama menyamar sebagai Ocean. Cepat atau lambat ia akan segera dikenali entah oleh Sky ataupun siapa saja yang akan muncul. Mengambil keuntungan dari absennya Ocean yang asli, tak selamanya memberikannya kebebasan dan kenikmatan yang ia idamkan.

Bahkan ketika seseorang datang mengetuk pintu kamar, pemuda itu tersentak. Disuruhnya Emily yang masih berada di atas ranjang untuk bersembunyi, sementara tadinya ia hendak langsung membuka pintu itu dengan hanya celana pendek melekat pada tubuhnya.

Hampir ia lupa bila ada bekas-bekas luka di dada dan punggungnya yang bisa menimbulkan kecurigaan! Emily buru-buru melemparkannya selembar kimono tidur yang selalu ada di sofa tepi ranjang sebelum bersembunyi di balik bed cover tebal.

Tanpa suara, akhirnya Earth mengerti dan mengenakan kimono itu sambil membuka pintu dengan tenang.

"Kak, ayo kita turun ke dapur. Ada masalah. Sesuatu atau seseorang tak dikenal telah mengacak-acak dapur puri!"

Earth tampak terkejut. Namun ia segera tenang kembali, berusaha menjadi Ocean dalam situasi seperti ini.

"Aku akan segera ke sana."

"Baiklah. Hei, setelah itu kita ke istal menjenguk kudaku dan tahanan kita Hannah dan juga mengorek keterangan dari Lilian." Sky sedikit heran juga melihat mata panda di wajah kakaknya, "Omong-omong, kelihatannya kau sedikit kurang sehat semenjak kita turun dan kembali dari bawah tadi malam. Apakah kau baik-baik saja?"

"Ya, aku tak apa-apa, mungkin hanya sedikit lelah." ucap Earth, sambil memastikan bagian atas kimononya tertutup rapat.

"Dadamu kenapa, Kak?"

"Ah, tak apa-apa kok..." Earth berdeham, "Aku mandi dulu sebelum turun ke dapur."

"Jangan lama-lama ya, dan ajak Emily juga."

Setelah Sky pergi, Emily beringsut keluar dari balik bed cover, "Syukurlah Sky belum tahu apa yang terjadi, sebaiknya memang kau segera pergi dari sini seandainya Ocean nanti kembali."

"Kau tak senang aku ada si sini?" Earth tampak agak kecewa sekaligus cemburu.

"Bukan begitu, aku mencemaskan dirimu." gadis itu baru kali ini begitu tak ingin terjadi apa-apa bila kelak kedok Earth terbuka.

Earth duduk di atas ranjang, mendekat dan memeluk Emily dengan lembut, "Seandainya aku harus pergi lagi, aku takkan jauh-jauh darimu. Asal kau jangan lupakan aku."

Akhirnya tak lama kemudian, Emily dan Earth yang masih menyamar sebagai Ocean turun ke dapur untuk bertemu dengan Sky.

Emily diam-diam mengakui bila penyamaran Earth kali ini cukup sempurna. Apalagi aura ketenangan yang ajaibnya berhasil keluar dari dalam pemuda yang dahulu begitu labil.

"Gila!" seperti biasa, Sky berkomentar sarkastis, "Semua persediaan makanan di dapur habis diacak-acak. Syukurlah monster apapun itu tak sampai masuk ke pantry atau gudang persediaan bahan makanan kita!"

"Jejak kaki ini menuju ke... Lorong Bawah Tanah!" Emily menyadari bila sisa-sisa jejak langkah kotor serta makanan dan air yang diambilnya masih terjejak di atas karpet puri menuju arah yang ia sebutkan.

"Rute kita kemarin turun ke Lorong Bawah Tanah!" Sky berseru sambil menjentikkan jari. "Tapi turun ke bawah sana sungguh membuatku kapok! Kurasa hewan atau monster itu sungguh berbahaya! Petugas, blokir pintu-pintu yang telah dilalui makhluk ini! Paling tidak, untuk sementara ia takkan bisa naik ke atas sini lagi! Dan juga kalian pelayan-pelayan puri, segera bersihkan bekas-bekas lumpur dan kotoran menjijikkan ini!"

Emily dan Earth tak banyak bereaksi pada keputusan Sky itu. Hanya sedikit terbetik kecemasan di hati Emily, bagaimana bila Ocean nanti tak bisa naik kembali ke atas sini? Akankah ia berhasil keluar lewat jalan lain? Akankah ia berhasil keluar hidup-hidup dari bawah sana?

'Ocean, bagaimanapun, cepatlah kembali...'

Tak lama berselang, ketiganya sudah berada di istal kuda untuk menjenguk kuda Sky yang sedang dirawat oleh Doc Lilian.

"Sky, lihat, kudamu Thunder Runner sudah mulai pulih!" Lilian menengadah, masih merawat kuda cokelat keemasan yang masih terbaring di atas jerami.

Sky datang mendekat dan berjongkok untuk membelai surai kudanya, "Hei, apa kabarmu, Buddy?"

Earth terpaku, segera mengenali bahwa kuda itulah yang ia serang dalam kegelapan saat berusaha mengambil Pedang Terkutuk!

"Mari mendekat, Kak, Thunder Runner akan sangat gembira juga dikunjungi kita semua siang ini!"

Earth maju dengan ragu dan perlahan. Ia berjongkok di sisi Sky, berusaha mengulurkan tangan ikut membelai surai kuda itu.

Namun sungguh aneh sekali!

Hewan yang masih 'shock' itu seperti tak ingin ditatap, apalagi disentuh oleh Ocean! Bahkan dalam kelemahannya, tetiba Thunder Runner menggeleng-geleng dan meringkik keras-keras.

Kilatan emosi di mata Earth muncul. Ia sadar hewan itu jelas-jelas mengenalinya sebagai sang penyerang yang malam itu telah melukai dirinya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun