Emily dan Earth pergi ke museum, meletakkan pedang terkutuk Dangerous Attraction di tempatnya yang sekarang tak lagi terlindung kotak kaca.
"Kuharap kita takkan lagi menyentuh benda ini." harap Emily. "Earth, berjanjilah padaku, kau takkan mengapa-apakan kedua saudaramu, juga Ocean apabila nanti ia kembali dari manapun ia berada kini..."
Earth termenung. "Entahlah. Tadi saja saat kita bertemu Sky, aku sudah ingin sekali menikamnya..." ia menggertakkan gigi.
Kelihatan sekali ia masih belum bisa lepas dari semua dendam, amarah dan rasa cemburunya pada segala ketidakadilan hidup yang dialaminya selama hampir seumur hidupnya.
Emily merinding, memang benar, Earth sudah begitu lama memendam penderitaan.
"Aku berjanji, bila kau mau berubah menjadi lebih baik, aku akan selalu bersamamu."
Earth berbalik, seketika berubah, melunak dan juga tak lagi memancarkan aura menyeramkan.
"Aku ingin sekali. Aku akan coba. Asal kau jangan khianati aku. Jangan tinggalkan dan jangan pernah sakiti hatiku."
Antara perasaan kasih sayang naif seorang anak-anak dan juga hadirnya benih cinta seorang pria dewasa, Earth maju dan memeluk Emily dengan selembut mungkin, "Aku tahu aku makhluk terkutuk yang tak pernah dikehendaki siapapun. Asal ada Emily saja, aku ingin lepas dari semua itu. Kumohon, jadilah temanku. Jadilah pasanganku."
'Ehh...' Emily dibuat terombang-ambing lagi. Ia masih mencemaskan nasib Ocean yang entah berada di mana, namun di sisi lain, hatinya secara perlahan memihak Earth
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H