Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 68: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

20 Juli 2023   08:00 Diperbarui: 20 Juli 2023   08:07 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Earth dalam perjalanannya bersama ke Emily menuju museum-perpustakaan keluarga Vagano sama sekali tak menemui rintangan. Sepanjang koridor dan tangga-tangga menuju ke sana, pemuda itu berulangkali mengagumi sekaligus merasa rendah diri melihat segala kemewahan dan indahnya dunia atas. Selama ini ia memang beberapa kali mengendap-endap menelusuri puri, tapi baru kali ini ia tak lagi bersembunyi. Tak usah takut-takut lagi.

Tapi Emily dan Earth terkesiap saat seseorang di ujung menjelang tangga ke perpustakaan, yang datang berlari-lari, hampir saja menabrak mereka.

"Kakak! Emily! Kalian selamat!"

"Sky?" Emily begitu terkejut sekaligus keheranan melihat betapa gemetar ketakutan serta kotornya penampilan Sky. Untuk sesaat ia gentar, bagaimana bila Sky sampai sadar dan tahu ini bukan Ocean? Tapi Earth dengan sigap menjawab,

"Emily baru pulang. Ia selamat. Dan pedang ini ia temukan."

Sky sedikit heran mengapa Ocean lebih dahulu tiba di atas setelah berpencar dengannya, dan sempat mengernyitkan dahi melihat busana sang kakak yang sama sekali berbeda dengan biasanya. "Cepat sekali kau bisa naik sendirian, dan betapa anehnya baju itu."

Tapi karena ia tipe cowok cuek, diabaikannya saja segala pemikiran negatif. "Syukurlah Emily dan Pedang Terkutuk itu ternyata sudah ditemukan. Dimana? Ah, besok saja. Lebih baik kalian segera beristirahat. Pagi-pagi saja kita bahas tentang makhluk di bawah sana, yang tadi aku dan Ocean pergoki."

"Makhluk apa?" Emily masih bingung, dan berarti tadi Ocean betul-betul ke bawah sana bersama Sky? Tapi ia tak mau membocorkan juga bahwa pemuda di sisinya bukan Ocean. Maka ia mengangguk seolah mengerti. "Baiklah, yang penting aku selamat dan pedang sudah ditemukan. Kalian simpan dengan baik."

"Aku saja yang menaruhnya di sana." Earth masih memainkan perannya sebagai Ocean, malah semakin berani saja, "Kau mandi dan tidur saja. Aku dan Emily segera menyusul."

Sky berlalu, sedikit lega bahwa Ocean juga menemukan jalan ke atas. Ia belum sadar, sebenarnya kakaknya masih berada sendirian jauh di bawah sana...

Emily dan Earth pergi ke museum, meletakkan pedang terkutuk Dangerous Attraction di tempatnya yang sekarang tak lagi terlindung kotak kaca.

"Kuharap kita takkan lagi menyentuh benda ini." harap Emily. "Earth, berjanjilah padaku, kau takkan mengapa-apakan kedua saudaramu, juga Ocean apabila nanti ia kembali dari manapun ia berada kini..."

Earth termenung. "Entahlah. Tadi saja saat kita bertemu Sky, aku sudah ingin sekali menikamnya..." ia menggertakkan gigi.

Kelihatan sekali ia masih belum bisa lepas dari semua dendam, amarah dan rasa cemburunya pada segala ketidakadilan hidup yang dialaminya selama hampir seumur hidupnya.

Emily merinding, memang benar, Earth sudah begitu lama memendam penderitaan.

"Aku berjanji, bila kau mau berubah menjadi lebih baik, aku akan selalu bersamamu."

Earth berbalik, seketika berubah, melunak dan juga tak lagi memancarkan aura menyeramkan.

"Aku ingin sekali. Aku akan coba. Asal kau jangan khianati aku. Jangan tinggalkan dan jangan pernah sakiti hatiku."

Antara perasaan kasih sayang naif seorang anak-anak dan juga hadirnya benih cinta seorang pria dewasa, Earth maju dan memeluk Emily dengan selembut mungkin, "Aku tahu aku makhluk terkutuk yang tak pernah dikehendaki siapapun. Asal ada Emily saja, aku ingin lepas dari semua itu. Kumohon, jadilah temanku. Jadilah pasanganku."

'Ehh...' Emily dibuat terombang-ambing lagi. Ia masih mencemaskan nasib Ocean yang entah berada di mana, namun di sisi lain, hatinya secara perlahan memihak Earth

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun