Earth masih menggenggam tangan Emily, yang herannya tak ditarik gadis itu.
"Aku tak tahu. Yang jelas, mereka begitu nyaman berada di surga seperti ini, sementara aku berada di neraka..."
"Earth..." Emily malah merasa begitu prihatin terhadap kata-kata pemuda yang baru kali ini ia lihat dengan mata cokelatnya sendiri,
"Kaukah yang waktu itu... mengintaiku, beberapa kali menolongku, serta telah... melihat tubuhku?"
Earth tiba-tiba melepaskan tangan Emily, menarik tangannya dengan segan sambil membuang muka, "Maafkan aku! Aku, memang, tak layak untuk melakukan semua itu."
Ia menangis seperti seorang anak kecil. Memang Earth seorang pemuda dewasa, namun secara emosi ia masih begitu muda dan belum bisa mengejar segala ketertinggalannya.
"Jangan menangis. Tak apa-apa." Emily malah terharu sendiri. "Bukan salahmu. Semua yang terjadi selama ini bukan karena dirimu."
"Aku membunuh ibuku sendiri saat aku lahir. Aku dihukum selama ini karena aku bertukar nyawa dengan ibuku..."
"Itu semua tak benar. Kau lahir selamat karena takdir, dan kematian ibumu bukan karena dirimu. Itu adalah kehendak Tuhan."
Emily sekarang sudah tak tahan lagi. Dikumpulkannya segenap tenaganya dan diraihnya Earth ke dalam pelukannya.
"Kau tak sendiri lagi. Kau punya aku. Kita berteman?"