Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 51: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

12 Juli 2023   08:22 Diperbarui: 12 Juli 2023   08:24 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Sementara itu Hannah dan Lilian masih bercakap-cakap di rumah mercusuar. Hannah berusaha untuk terlihat tenang dan menanggapi kebaikan Lilian. Namun sebenarnya ia menunggu saat-saat Lilian lengah.

"Duh, kemana anak itu pergi, lama sekali?" Lilian berdiri sejenak, berjalan ke pintu depan untuk melihat teras, barangkali ada tanda-tanda Earth akan pulang. Ia tak mau Earth terkejut dan marah saat melihat Hannah dilepaskan olehnya.

Namun ketika Lilian berbalik untuk duduk lagi di sisi Hannah, ia dikejutkan oleh sesuatu yang tak pernah ia duga!

"A...apaaa? Jangan, kumohon, jangan pernah lakukan hal itu!" Dengan ngeri Lilian menatap apa yang sedang dilakukan mantan sahabatnya itu.

'Tentu saja, api dibalas dengan api!" Di tangan tremor Hannah, lentera lilin Lilian yang masih menyala sedari dibawa ke atas tadi, tergantung dalam posisi hampir lepas dari ujung jarinya.

Di bawah kaki mereka, lantai rumah mercusuar yang hampir seluruhnya tertutup karpet tua seakan menunggu saat-saat terakhirnya.

"Jangan bakar diri kita berdua di sini, Hannah! Kita masih layak untuk berteman dan saling menyelamatkan satu sama lain! Lupakanlah masa lalu! Relakan kepergian Zeus dan jangan membenci anak-anaknya!" Lilian berusaha mendekat, namun Lilian malah tambah menggoyangkan lentera itu hingga api kecilnya bergerak liar seperti menari-nari tak sabaran untuk menjadi besar.

"Kau bilang jangan membenci? Kurasa itu tak mungkin! Karena cintaku telanjur berubah jadi benci yang berapi-api seperti ini!"

Detik-detik jatuhnya lentera itu ke atas karpet takkan pernah dilupakan Lilian untuk seumur hidupnya yang mungkin hanya tinggal beberapa saat lagi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun