Sementara itu Hannah dan Lilian masih bercakap-cakap di rumah mercusuar. Hannah berusaha untuk terlihat tenang dan menanggapi kebaikan Lilian. Namun sebenarnya ia menunggu saat-saat Lilian lengah.
"Duh, kemana anak itu pergi, lama sekali?" Lilian berdiri sejenak, berjalan ke pintu depan untuk melihat teras, barangkali ada tanda-tanda Earth akan pulang. Ia tak mau Earth terkejut dan marah saat melihat Hannah dilepaskan olehnya.
Namun ketika Lilian berbalik untuk duduk lagi di sisi Hannah, ia dikejutkan oleh sesuatu yang tak pernah ia duga!
"A...apaaa? Jangan, kumohon, jangan pernah lakukan hal itu!" Dengan ngeri Lilian menatap apa yang sedang dilakukan mantan sahabatnya itu.
'Tentu saja, api dibalas dengan api!" Di tangan tremor Hannah, lentera lilin Lilian yang masih menyala sedari dibawa ke atas tadi, tergantung dalam posisi hampir lepas dari ujung jarinya.
Di bawah kaki mereka, lantai rumah mercusuar yang hampir seluruhnya tertutup karpet tua seakan menunggu saat-saat terakhirnya.
"Jangan bakar diri kita berdua di sini, Hannah! Kita masih layak untuk berteman dan saling menyelamatkan satu sama lain! Lupakanlah masa lalu! Relakan kepergian Zeus dan jangan membenci anak-anaknya!" Lilian berusaha mendekat, namun Lilian malah tambah menggoyangkan lentera itu hingga api kecilnya bergerak liar seperti menari-nari tak sabaran untuk menjadi besar.
"Kau bilang jangan membenci? Kurasa itu tak mungkin! Karena cintaku telanjur berubah jadi benci yang berapi-api seperti ini!"
Detik-detik jatuhnya lentera itu ke atas karpet takkan pernah dilupakan Lilian untuk seumur hidupnya yang mungkin hanya tinggal beberapa saat lagi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H