Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Apocalypse Episode 144 - tamat)

16 Juni 2023   08:18 Diperbarui: 16 Juni 2023   11:35 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Bagaimana sekarang, Orion?"


"Lari, Rani. Mungkin ini tindakan pengecut, tapi kita memang tak punya apa-apa, tak bisa melumpuhkan makhluk ini. Meskipun aku masih punya ide..."


"Tuan Dokter! Mengapa Anda malah berbuat ini?" Wanita misterius yang mengantarkan Kenneth turut terkejut.


"Tak usah ikut campur. Terima kasih telah mengantarkanku kemari, tetapi kau juga kini tak kubutuhkan lagi! Saksikan saja pertunjukannya dan semoga terhibur. Lazarus, go go go. Kejar mereka. Lakukan apapun yang kau inginkan. I don't care. Ha ha ha ha ha!" Kenneth tak menghiraukan, hanya tertawa-tawa.


"Rani, kita segera keluar dari Kompleks Delucas. Mungkin kita harus berkorban, namun tidak di sini. Kita giring Lazarus sejauh mungkin... Segera, ke sepeda motorku!"


"Ba-ba-baik..." Rani setuju, "Cepat! Namun bagaimana dengan Anda, Ma'am?" Ia masih sempat-sempatnya bertanya kepada wanita pengantar Kenneth.


"Aku akan baik-baik saja, just leave. Aku belum sempat mengenal Anda berdua, Nona. Namun aku yakin kalian orang-orang baik. Take care."


"Terima kasih... kami pergi dulu. You too, Ma'am."


Orion dan Rani tak buang-buang waktu lagi. "Selamat tinggal, Kompleks Delucas. Farewell..."


***


"Makhluk itu masih mengikuti kita, Orion..."


"Betul. Ia takkan melepaskan kita."


"Jadi, bagaimana?"


"Lihat saja, kuharap rencana terakhirku ini berhasil. We already prepared this just in case..."


Keduanya kembali bersepeda motor menelusuri jalan perbukitan Chestertown. Rani membonceng di belakang Orion. Keduanya keluar dari Kompleks Delucas diikuti Lazarus. Semua orang tak mampu mencegah makhluk itu. Apapun senjata yang mereka tembakkan sepertinya ditelan begitu saja oleh tubuh Sang Zombie Pamungkas. Hawa panas yang ia keluarkan bagai radiasi nuklir yang membara, menyengat dan mematikan. Langkahnya di rumput dan di atas aspal menyisakan semacam jejak berminyak yang terus menyala. Semua pun menyerah dan menyingkir sejauh-jauhnya.


"Mengapa tidak tancap gas, Sayang? Lazarus bisa mencapai kita. Langkahnya lumayan cepat! Zombie itu tak hanya berjalan, ia bisa berlari!" cemas Rani.


"Cepat atau lambat ia akan tetap mengikuti kita, kita takkan bisa lolos. Aku tak terlalu yakin pada keberhasilan rencana ini, tetapi semua masih sesuai bayanganku." Orion berusaha berkonsentrasi menatap jalan sepi, tersenyum kecil di balik maskernya.


Dibelokkannya sepeda motornya ke Kompleks Brighton! Jantung Rani semakin berdebar-debar. "Mengapa kemari? Kau ingin mencelakakan ibumu?"


"Of course not!"


"Astaga, mereka benar-benar datang!" Dari atas balkon Main Mansion, Lady Magdalene Brighton dan pegawai barunya, Henry Westwood telah bersiap-siap.


"Orion pernah berkata kepadaku bahwa bahaya segera tiba. Maka kami membawa serta amunisi dan segalanya pada perjalanan kita kemarin, Milady. Putra Anda berpikir panjang. Dalam setiap permainan elektronik pasti ada lawan utama. Ia menyiagakan kita untuk itu." Henry menjelaskan. Di pundaknya ada satu set peluncur roket. Senjata api besar yang sangat berbahaya apabila digunakan sembarangan oleh orang tak berpengalaman.


"Kupinjam senjata rahasia ini dari mantan majikanku tanpa izin, namun semoga bermanfaat," Henry berusaha membidik, "kukira senjata semacam ini hanya ada dalam fiksi saja, ternyata sungguh-sungguh ada! Doakanlah semoga tepat sasaran!"
Orion dan Rani memasuki area pelataran utama berjalan bundar. Sepeda motor mereka berputar-putar mengelilingi air mancur mati sementara Lazarus terus mengejar.


"Apa-apaan ini? Kalian ingin main-main denganku?" Zombie berapi itu kelihatan semakin gusar.


"Ya. Kejar kami. Luapkanlah segala kemarahan, rasa sakit, lapar dan hausmu kepada kami. Kami siap menerima segalanya!"


Rani yang merasa pusing masih belum mengerti pada kata-kata Orion itu. "Orion!"


"Henry, sekarang!" Pemuda itu mengakhiri putaran-putaran gilanya dan kembali ke arah pintu gerbang utama seolah akan meninggalkan Kompleks Brighton.


Lazarus tampak limbung, kehilangan keseimbangan. Zombie itu memaki-maki. "Kalian..."


Ia tak sadar, sebuah peluru raksasa sedang meluncur cepat ke arahnya. Ledakan besar yang nyaris menulikan gendang telinga terdengar tepat di belakang Rani. Sepeda motor mereka sempat terguncang. Sang Guru terpekik, sementara Sang Bangsawan Muda bersiul pelan dan berujar lega, "Jitu. Terima kasih banyak, Henry."


"A-a-apakah Lazarus..." Rani terbata-bata.


"Karena satu dua peluru kecil tak bisa mematikannya, seperti dalam permainan-permainan game elektronik, dibutuhkan peluru yang jauh lebih besar untuk memusnahkan dirinya. Setidaknya, agar ia mati."


Orion menghentikan sepeda motor dan turun memeriksa. Makhluk besar yang mengekori mereka telah roboh ke tanah. Masih berapi-api, sebuah lubang besar memecahkan tengkoraknya. Anggota tubuh lainnya mulai habis dilalap api. Rani tak sanggup menatap, terpaksa membuang muka.


"No worries. It's over." Orion yakin Lazarus sudah mati untuk ketiga kali, "Rest in peace, rest in pieces."


Rani mengembuskan napas lega. "Rencanamu ternyata berhasil. Sekarang apa yang akan kita lakukan, Sayang? Bagaimana dengan Kompleks Delucas?"


Orion menyipitkan mata, memberi istrinya smize termanis. "Well, after we bury him properly according to the health protocol, maybe we'll get lost in the forest... Aku juga belum tahu pasti, juga tak berencana untuk kembali ke Kompleks Delucas. Biarkan saja Sang Nyonya Rumah dan Sang Dokter di sana dulu, untuk sementara aku tak peduli lagi pada dunia. Jadi, sekarang terserah Rani saja! Aku sudah minta izin kepada ibuku untuk pergi berbulan madu hanya denganmu!"


*** Tamat ***

16 Agustus 2022, Wiselovehope.


(Tambahan scene untuk ending / true ending bisa dibaca selengkapnya di Aplikasi GoodNovel)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun