"Makhluk itu masih mengikuti kita, Orion..."
"Betul. Ia takkan melepaskan kita."
"Jadi, bagaimana?"
"Lihat saja, kuharap rencana terakhirku ini berhasil. We already prepared this just in case..."
Keduanya kembali bersepeda motor menelusuri jalan perbukitan Chestertown. Rani membonceng di belakang Orion. Keduanya keluar dari Kompleks Delucas diikuti Lazarus. Semua orang tak mampu mencegah makhluk itu. Apapun senjata yang mereka tembakkan sepertinya ditelan begitu saja oleh tubuh Sang Zombie Pamungkas. Hawa panas yang ia keluarkan bagai radiasi nuklir yang membara, menyengat dan mematikan. Langkahnya di rumput dan di atas aspal menyisakan semacam jejak berminyak yang terus menyala. Semua pun menyerah dan menyingkir sejauh-jauhnya.
"Mengapa tidak tancap gas, Sayang? Lazarus bisa mencapai kita. Langkahnya lumayan cepat! Zombie itu tak hanya berjalan, ia bisa berlari!" cemas Rani.
"Cepat atau lambat ia akan tetap mengikuti kita, kita takkan bisa lolos. Aku tak terlalu yakin pada keberhasilan rencana ini, tetapi semua masih sesuai bayanganku." Orion berusaha berkonsentrasi menatap jalan sepi, tersenyum kecil di balik maskernya.
Dibelokkannya sepeda motornya ke Kompleks Brighton! Jantung Rani semakin berdebar-debar. "Mengapa kemari? Kau ingin mencelakakan ibumu?"
"Of course not!"
"Astaga, mereka benar-benar datang!" Dari atas balkon Main Mansion, Lady Magdalene Brighton dan pegawai barunya, Henry Westwood telah bersiap-siap.
"Orion pernah berkata kepadaku bahwa bahaya segera tiba. Maka kami membawa serta amunisi dan segalanya pada perjalanan kita kemarin, Milady. Putra Anda berpikir panjang. Dalam setiap permainan elektronik pasti ada lawan utama. Ia menyiagakan kita untuk itu." Henry menjelaskan. Di pundaknya ada satu set peluncur roket. Senjata api besar yang sangat berbahaya apabila digunakan sembarangan oleh orang tak berpengalaman.