"Jadi, apa sekarang rencana kita, Sayang?"
Rani dan Orion masih berada di atas ranjang yang sama, kepala mereka berdekatan di atas bantal yang sama. Tampaknya mereka tak ingin cepat-cepat bangkit dan bersiap-siap pergi meski dunia menunggu-nunggu keberadaan mereka.
Rambut panjang hitam berkilau Rani tergerai menutupi sarung bantal, sementara dagu hingga pipinya menempel di leher Orion yang jenjang, bahunya yang lapang. Ia tergila-gila pada jakun pemuda itu, milik maskulin pria yang menjadikan suara rendahnya begitu dalam, merdu, sedap didengar.
"Pertama-tama, aku ingin memberimu dua atau tiga buah hadiah!" pemuda itu cepat menyahut sambil membelai rambut halus Rani yang selalu memikat tangannya.
"Hadiah apa itu?"
"Tunggu!" Orion lembut menyingkirkan Rani yang masih bermanja di tubuhnya, meski istrinya yang masih betah di sana sedikit merutuk.
"Uh, menunggu apa lagi?"
"Benda yang diwariskan Rev. James untuk kita berdua. Mungkin ini harus tetap menjadi rahasia hingga waktunya tiba..."
"Oh..."
Orion segera kembali dengan dua benda yang Rani begitu ingin lihat sendiri sedari awal. Kini tak perlu penasaran lagi karena semua akan segera ia ketahui!