Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 102)

15 Mei 2023   08:59 Diperbarui: 15 Mei 2023   11:05 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Saya masih tak percaya ini sungguh-sungguh jasad pendeta utama kota kecil kita yang sudah beberapa waktu tak muncul ke hadapan publik!" Henry Westwood lama kemudian baru dapat bicara. Sebagai pria yang cukup matang, ia hampir tak pernah menangis. Namun pada siang hari menjelang sore nan muram itu, sang kepala pelayan dan Orion sama-sama menunduk sejenak, menahan tangis, menitikkan air mata.


"Sungguh, Tuan Orion, seumur hidup baru kali ini saya merasa sesedih ini, meski tindakan ini sangat dibenarkan dan legal sekalipun. Saya sering menembak hewan buruan, tak pernah melukai yang masih hidup, namun sekarang, aku baru saja..."


"Rev. James sudah meninggal dunia secara alami dan sekarang sudah tenang. Sebaliknya, beliau akan sangat berterima kasih kepadamu, Tuan Henry. You just did the most humane, honorable thing. Aku juga harus melakukannya sesegera mungkin kepada seseorang di Lab Barn."


Henry hendak bertanya lebih banyak, namun ia urungkan semua rasa penasaran itu. "Seseorang? Uh. Ya, I hope Rev. James rests in peace. Sekarang apa yang harus kita lakukan?"


Tak lama, kedua pria itu sudah berada di luar kompleks Delucas via pintu rahasia di garasi. Dua sekop penggali tanah ada di tangan mereka. Henry sedikit masih terkejut dan gugup. Selama ia tinggal di sini, ia belum pernah sadar pada keberadaan pintu keluar garasi rahasia itu, mengapa Orion yang masih termasuk 'sangat baru' bisa tahu begitu banyak hal? Tetapi lagi-lagi belum ada kesempatan untuk bertanya.


Situasi sangat sepi. Orion tak ingin buang-buang waktu. Di tanah gembur dalam hutan berbukit-bukit, keduanya secepat mungkin menggali sedalam yang mereka bisa. Jenazah Rev. James yang sudah dimasukkan ke dalam sebuah body bag yang berhasil 'dicuri' Henry dari gudang persediaan mereka makamkan baik-baik. Menandai lokasi itu dengan tanda salib sederhana dari dua ranting yang ditalikan, Orion tak dapat menahan air mata. Inilah kehilangan terbesar keduanya, jika bukan yang ketiga. Walau tak sempat mengenal Russell, juga tak memiliki hubungan keluarga dengan Rev. James, pemuda itu merasakan empati luar biasa.


"Tuan Orion, semoga Rev. James tenang di atas sana. Anda tak perlu khawatir, saya tidak akan berbicara mengenai ini kepada dokter Kenneth Vanderfield atau Lady Rosemary."


"Ya, pada waktunya semua akan kuungkapkan. Aku takkan menutupi semua ini, hanya menunggu waktu yang tepat. Maafkan aku juga, Tuan Westwood, melibatkanmu dengan masalah ini."


"It's okay. Sejujurnya, saya sempat heran," di tempat sesunyi ini, Henry memberanikan diri untuk bertanya kepada Orion, "jika Anda tak keberatan, bolehlah saya bertanya satu dua hal?"

"Silakan..."


Keduanya duduk di atas rerumputan tak jauh dari malam Rev. James.


"Sebetulnya saya masih sangat heran, mengapa Lady Rosemary tidak mengundang almarhum Rev. James sebagai pendeta terpandang yang memberkati pada upacara pernikahannya dengan Anda. Ia digosipkan sedang sakit keras sehingga terpaksa digantikan oleh Rev. Edward Bennet, pendeta baru yang kurang dikenal. Jika memang demikian, tak mungkin beliau bisa pergi dan tiba di sini dalam keadaan begini, apalagi tak termasuk rombongan kamp Rev. Bennet. Apa atau siapa yang beliau cari? Saya tak habis pikir."


Orion terdiam. Apakah Tuan Henry Westwood bisa dipercaya? Meskipun ia berhati baik, tetap saja pernikahanku dan Rani sementara ini masih harus menjadi rahasia! Tak mungkin bisa kukatakan, bisa saja ia kelepasan bicara apabila terdesak.


Akhirnya Orion menjawab senetral mungkin, "Kurasa pasti ada alasan kuat untuk itu, Tuan! Tak mengapa, bagiku sama saja siapapun pendeta kami. Sekarang mari kita kembali dan membersihkan diri. Sewaktu-waktu Rose dan semua orang akan mencari kita!"


"Baiklah, saya mengerti! Mari kita kembali, kita pastikan hal menyedihkan ini menjadi rahasia untuk sementara!"

**********


Sementara itu Maharani berada tak jauh dari bangunan garasi. Mengintai dari kejauhan, tepatnya dari balik kerimbunan pepohonan perkebunan, ia menunggu tanda-tanda keberadaan Orion.


Masih terbayang semua yang saat itu ia alami saat bertemu dengan sosok terluka itu. Ia tak yakin bila hingga sekarang sosok itu masih bertahan.


"Apakah aku harus ke sana lagi?" monolog Rani.


Tetiba ia harus mengurungkan niat karena pintu garasi terbuka dari dalam. Betapa terkejutnya Rani karena melihat dua pria yang sangat ia kenal, walau bermasker, keluar dari tempat itu sambil membawa senapan dan sekop. Yang lebih tua tak lupa mengunci pintu ganda baik-baik sebelum mereka berpisah menuju arah berlawanan.


Astaga, bukankah itu Orion dan Tuan Henry Westwood? Apa yang mereka baru saja perbuat dengan semua benda itu? Oh, tidak! Orion menuju ke arahku!


Seketika Rani mengurungkan niat untuk masuk ke garasi. Setengah mengendap-endap ia kembali ke paviliunnya kembali, berharap agar Orion tak memergoki pengintaiannya.


Hanya beberapa menit setelah Rani tiba dan menutup pintu pavilliunnya, tetiba sebuah ketukan kembali membuat jantungnya hampir berhenti berdetak.


"Rani?"


O-o-orion?

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun