Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 100)

12 Mei 2023   08:03 Diperbarui: 12 Mei 2023   08:21 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Reverend James!"

Sosok pendeta tua itu nyaris tak dapat dikenali. Dalam keremangan, tubuh, wajah dan busananya yang kotor berlumur tanah basah cokelat bercampur darah sungguh tampak mengenaskan.

"Aku menepati janjiku. Walau aku diserang dalam perjalanan, akhirnya aku tiba juga di sini. Misi tercapai."

"Sir, you didn't have to do this! We came for you! Why did you care too much for us?" air mata Orion tak dapat ia tahan-tahan lagi. Walaupun ia pemuda yang tegar, baru kali ini ditemuinya sendiri korban infeksi Octagon yang belum lagi mati, namun kemungkinan besar tak dapat lagi ditolongnya.

"Jangan mendekat!" peringat Rev. James yang terbaring di lantai sambil berusaha menahan perihnya luka gigitan menganga pada lehernya.

"Tetapi Anda perlu segera ditolong! Tentu masih ada harapan dan mujizat! Akan segera kupanggilkan dokter!"

"Tidak perlu. Aku sudah selesai di sini. Aku sudah menang dalam pertandingan bertahan hidup, berhasil melewati garis akhir dan memperoleh mahkota kehidupan. Orion, aku sangat bahagia sudah berhasil melakukan misi mulia ini. Sekarang sudah saatnya bagiku untuk pulang ke Rumah Bapa di Surga..."

"No! You have to hold on! I already once lost someone I even didn't have a chance to meet and know, Russell, tetangga kamar isolasiku! Aku tak ingin kehilangan Anda juga! Anda sudah seperti seorang pengganti ayah bagiku!" hati Orion tak pernah merasa sehancur ini. Di Lab Barn, ia tak pernah bisa melihat saat-saat terakhir Russell dengan mata kepalanya sendiri. Namun saat itu ia bisa mendengar raungan kesakitannya yang luar biasa. Detik-detik penuh penderitaan seseorang yang berada di ambang maut mempertaruhkan nyawa...

"Orion, virus ini masih sangat baru. There is no cure yet..." Rev. James berusaha keras untuk tersenyum agar Orion tak terlalu sedih, "Perjuangkanlah hidupmu dan Ms. Maharani Cempaka sebagai penerus hidupku. Sampaikanlah maafku kepada adikku John. Ia juga seorang hamba Tuhan, ia bisa meneruskan kepemimpinan sepeninggalku. Katakanlah kepadanya, aku minta maaf jika sepanjang hidupku ada masalah apapun..."

"Tidak, Sir! Andalah yang harus bertahan, berhasil sembuh, dan mengatakan semua kepadanya, bukan aku!" Orion mulai meraung.

"Kau seorang pemuda yang baik dan berhati mulia. Hanya satu pesan terakhirku, kumohon, tembaklah kepalaku agar aku bisa beristirahat dengan tenang dan tak sempat bereanimasi. Makamkanlah aku sesuai dengan protokol kesehatan agar virus terkutuk ini tak menyebar dalam kompleks Delucas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun