"Selamat datang, Nona Rani! Enjoy our special afternoon lunch with Evernesian instant style dishes!" Orion tersenyum ramah, seperti biasa berakting seolah-olah Rani 'bukan siapa-siapanya', suatu hal yang mereka sudah sepakati bersama.
Meskipun mengharukan dan juga merasa lapar dengan begitu menariknya plating masakan ala hotel bintang lima, kelihatannya Rani tak begitu tertarik dengan hidangan-hidangan instan ala Evernesia hangat lezat yang coba disajikan para remaja Delucas. Ia diam-diam jauh lebih terpikat pada penampilan Orion yang seperti biasa sangat menawan dengan kemeja lengan panjang putih dan rompi hangat warna gelapnya, dipadu celana panjang hitam semi formal yang membuatnya tampil begitu gagah.
"Ayo makan yang banyak, ini semua hasil late night shopping kita di Chestertown! No pain, no gain!" Orion tertawa lepas, sudah lama Rani tak melihat wajah tampan itu tak tertutup masker. Sungguh membuat jengah dan salah tingkah!
Sebelum rona di wajahnya muncul, Rani bergegas duduk sambil berusaha membuang muka. Leon menarikkan kursi di antara dirinya dan Grace sehingga Rani terpaksa duduk agak jauh dari Orion. Meskipun begitu, mereka tetap dalam posisi berhadap-hadapan.
Mie goreng instan dengan taburan bawang goreng dan tambahan semangkuk kecil sambal botolan itu sedikit lodoh gegara terlalu lama dimasak, namun tetap saja terasa lezat. Orion juga sudah menyeduhkan kopi dan teh, bukan ala Everopa seperti saat-saat 'tea time sore khas Delucas', melainkan ala Evernesia. Lalu ada beberapa macam kerupuk dan makanan kecil impor lain. Semua tersaji hampir seperti saat Rani berada di Viabata. Di sana, makanan instan identik dengan 'tanggal tua', tetapi di negeri nun jauh ini, terasa mewah bagai delicacy.
"Kerupuk, it looks like crackers or potato chips but tastes much better! So delicious. Enak!" Leon berkomentar, "I like all of them, we should search for more stuff next time! Terima kasih banyak atas oleh-olehnya, Papa Orion, Nona Rani!"
"Sama-sama." Rani ikut gembira.
Mereka makan dalam suasana seru, namun Rani tak bisa benar-benar menikmati. Ia berusaha memberi kode di kolong meja, 'menggeser-geser' lembut ujung sepatu Orion dengan ujung sepatunya. Usahanya itu sempat membuatnya takut 'salah senggol' dengan sepatu Leon! Syukurlah Orion di seberang segera tanggap. Ia membalas dengan hal yang sama. Mereka nyaris tak mampu menahan senyum dan tawa, hampir seperti dua anak muda bersusah-payah menahan rasa di depan orang tua dan calon mertua!
Namun Leon selalu mengawasi Rani lekat-lekat, ia tahu jika gurunya ini 'senang' jika berada dekat Orion. Senang seperti apa? Remaja itu belum begitu paham. Terbayang lagi beberapa momen di mana sepertinya ada 'sesuatu'. Jika dirinya hanya mendapatkan 'perhatian' seorang guru, tak demikian halnya dengan Orion!
Mama mungkin sibuk dan tak benar-benar bisa atau ingin menghabiskan waktu dengan Papa Orion, tetapi mereka memang belum bisa semesra itu. Apa ada hubungannya dengan ketakutan mama pada kemunculan Edward Bennet?
Selesai makan, Rani menawarkan diri untuk mencuci piring. Kedua remaja Delucas masih duduk-duduk di depan meja makan sambil bermain game offline di ponsel masing-masing.
"Kejutan!"