Keduanya bersama-sama maju sepelan mungkin, melangkah nyaris mengendap-endap. Kini menelusuri trotoar SOHO yang sunyi dengan pemandangan menyedihkan di sekitarnya. Tong-tong sampah terguling seolah-olah diacak-acak, kendaraan-kendaraan parkir acak dan terlantar. Tak banyak suara atau cahaya, sesekali lewat hembusan angin dingin saja seakan menyiratkan jika kota itu telah benar-benar hampa.
"Mungkinkah semua warga lokal yang tersisa bersembunyi atau sudah pergi jauh-jauh dari sini? Jika ada survivor, haruskah kita menolong mereka?" tanya Rani dengan suara kecil sekali.
"Bisa saja. Dan menurutku, jangan dulu. Intinya, tak ada yang bisa dipercaya sebelum ada tes seperti dulu pada Hexa. Nah, ini toko kecil serba ada yang biasa kulanggani. Ayo kita masuk!" Orion berhenti di muka sebuah toko. Ia berdoa semoga pintu utama tak terkunci dan segera menekan gagangnya.
"Permisi..." ucapnya perlahan sekali. Orion sudah mempersiapkan peralatan di ransel seandainya ada pintu-pintu yang perlu dicungkil. Seperti keajaiban, pintu toko itu ternyata tak terkunci!
"Waspada, Rani. Kita tak bisa santai-santai walau tak ada apa-apa atau siapa-siapa di sekitar sini!"
"Baik!" Rani tambah bersemangat saja, dengan adanya Orion di sisinya ia tak merasa takut.
Keduanya masuk sambil mengarahkan senter-senter kecil ke lantai.
Dengan takjub Orion mendapati jika toko itu sepertinya memang kosong dan tak terjaga. "Mungkinkah pemiliknya terburu-buru pergi? Ayo kita shopping sedapatnya dan segera pergi dari sini."
Keduanya memastikan ruangan panjang dengan beberapa belas rak itu aman, tak ada siapapun atau apapun yang berbahaya. Rani merasa segan, ia tak suka 'menjarah' seperti ini.
"Orion, apa tak apa-apa jika kita ambil saja semua yang kita butuhkan tanpa izin seperti ini?"
"Tentu saja. Nanti jika keadaan sudah pulih kembali, kita bisa membayar belanjaan kita kapan saja! Duh, minta maaf dulu sebelumnya!" Orion berakting seolah-olah minta izin kepada 'seseorang' di meja kasir.