Huh, belum lagi 24 jam, dia sudah datang! Dasar pria serakah tak tahu diuntung... Kalau saja aku tak bisa menahan diri, dia sudah akan ku... Lady Rose sudah hendak menumpahkan segala hal buruk yang terlintas di benaknya, membiarkan semua orang tahu betapa berat beban yang ia tanggung. Akan tetapi keberadaan Orion, yang paling tidak diharapkannya untuk mengetahui masalah ini, membatalkan semua itu. Suaminya tak boleh sampai tahu apapun, atau pernikahan palsunya akan terbongkar!
Â
"Oke, aku segera ke sana! Aku bukan wanita pengecut, hanya ingin semua terlaksana, berjalan mulus sesuai rencanaku yang semula!" Wanita itu, sama seperti kemarin malam, telah mengenakan semua pelindung tubuh plus senjata api tersembunyi di baliknya. "Tuan Henry, dokter Kenneth, kalian ikut denganku! Dear Orion, Leon dan Grace, kalian tunggu saja di ruang makan. Juga para pegawai yang tak memiliki kepentingan, tetaplah berkumpul di sini hingga para tamu itu selesai kami urus dan tempatkan di kamp mereka. Tak usah khawatir, kita semua akan baik-baik saja!"
Orion sedari awal sudah tahu jika istri pertamanya ini sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Selain dari informasi Henry tadi, ia juga yakin bila 'tamu misterius' yang bisa menembus 'pertahanan keyakinan' Rose untuk menutup pintu bagi pencari suaka tentunya bukan orang sembarangan. "Baiklah, Rose. Semoga semua berjalan lancar. Good luck and please take care."
Lady Rose dan semua pria yang ia tunjuk segera keluar dari ruangan. Semua hadirin turut berdiri dan memandang dengan berbagai ekspresi; heran, penasaran, bingung dan takut. Selama tinggal dan bekerja di kompleks ini, mereka hidup dalam kedamaian. Semua hidup dalam kedamaian dan kecukupan, tak pernah ada kesulitan. Bahkan saat pandemi Hexa-19, Lady Rose masih mampu menangani bisnis-bisnisnya dengan baik. Hanya satu hal yang membuatnya terpukul; perselingkuhan suaminya, ayah kandung Leon-Grace, dengan wanita lain! Kali ini Rose bersikeras memastikan agar semua CCTV tetap berfungsi agar Orion selalu ada dalam pantauan. Listrik boleh padam, energi boleh habis terpakai, asal Orion tetap jadi miliknya!
Dan juga si Hamba Tuhan palsu itu, Edward Bennet, tak boleh sedikitpun lolos dari pengawasanku! Jika sampai ia macam-macam, aku masih punya rencana B! Just wait and see! getir Rose sambil berjalan mantap, keluar dari lobi main mansion menembus malam.
"Papa Orion!" Grace dan Leon bergegas menyerbu ayah sambung mereka dengan pertanyaan, "Anda baik-baik saja? Syukurlah! Ada apa di Lab Barn? Apakah Papa Orion sempat melihat-lihat? Ada apa saja di dalam sana? Tadi sempat mati lampu, syukurlah bukan malam-malam begini!"
"Ya, aku sehat-sehat saja. Terima kasih. Semoga kalian semua juga! Nanti kuceritakan jika kalian ingin tahu. Jangan di tempat umum ini, oke?" Orion merasa lega karena bisa berkumpul dengan semua orang kembali. Matanya tanpa sadar mengembara, mencari-cari sosok sang guru muda. "By the way, apakah kalian melihat di mana Nona Maharani?"
"Hmm. Untuk apa Papa Orion mencarinya? Ada urusan apa? Kelihatannya penting sekali!" Leon kelihatan sedikit 'cemburu'. Tentu saja Orion tak terlalu mengambil hati, ia belum tahu semua rasa yang pemuda tanggung itu pendam. Dianggapnya Leon hanya penasaran, seperti biasanya.
"Oh, nothing important. Hanya ingin berterima kasih kepadanya karena telah bersusah payah mengantarkan recharger ponsel untukku tadi siang."
"Oh, oke! Ikut denganku!" Grace menarik lengan ayah sambungnya itu menuju ke kerumunan para guru privat yang berdiri mengelompok sambil bercakap-cakap. Tentu saja walau semua orang disiplin bermasker, tak sukar bagi Orion menemukan istri rahasianya yang cenderung mungil dan berambut hitam panjang.
"Nona Rani, lihat, Papa Orion sudah kembali dari isolasi!" Grace kelihatan girang, "Aku dan Leon duluan, kami tunggu kedatangan kalian di ruang makan, jangan lama-lama di sini, oke?"
Pandangan Orion dan Rani bertemu, saling mengunci. Walau dalam keramaian, selama beberapa detik sepertinya mereka tak peduli pada sekitar. Tanpa pelukan dan kecupan, keduanya seolah bertukar ribuan kata rindu hanya lewat tatapan.
"Hai..." Rani berusaha agar tak menitikkan air mata.
"Hai juga, selamat malam. Terima kasih tadi mengunjungiku." Orion juga berusaha keras terlihat biasa-biasa saja padahal ia begitu gembira bertemu dengan pengantin sejatinya.
"Your welcome."
Orion mendekat, lalu bertanya,"Nanti malam?"
Kalimat Orion yang diucapkan perlahan sekali itu semula tak terlalu dimengerti oleh Rani. Â Sang bangsawan muda merasa perlu mengedipkan sebelah mata cokelatnya!
"Ah... I got it, okay, see you soon in the dining room!" Rani berusaha untuk tak terlalu menunjukkan perasaannya, hanya tersenyum gelisah dan mengangguk.
Orion membalas dengan ucapan sampai jumpa, berbalik dan berlalu. Rani merasa pipinya memanas, jantungnya berdebar tanpa henti, plus tangannya berkeringat dingin.
Duh, berada di dekat seorang Orion Brighton bagaikan nekat berdiang di tepi api unggun yang hangat mendekap, tapi bisa berubah panas menghanguskan! Betapa berbahayanya posisi kami berdua! Bagaimana jika Lady Rose tahu semua ini? Kurasa aku hampir gila terjebak asmara pada saat krisis di negeri asing...
Nanti malam? Apa yang suamiku rencanakan? Orion, begitu banyak yang ingin kuberitahukan! Dan ingin kulakukan bersamamu...
***
"Selamat malam, Lady Rosemary Delucas yang selalu diberkati Tuhan. Sesuai janji, kami datang untuk memohon belas kasih agar Anda mengembangkan sayap dan melindungi anak-anak kami yang lemah ini. Rombongan yang kubawa adalah survivor-survivor dari panti asuhan dan panti werda, anak-anak yatim piatu dan lansia Chestertown, golongan-golongan yang sangat rentan terhadap infeksi dan serangan korban reanimasi Octagon-33!"
Di depan gerbang kompleks Delucas, Edward Bennet telah berdiri di depan mobil SUV-nya. Di belakangnya antre beberapa bus kecil berisi rombongan yang ia sebutkan.
Lady Rose yang masih berada di dalam kompleks tak tahu haruskah ia jatuh iba atau percaya begitu saja pada semua kata-kata Edward.
Bisa saja penumpang bus-bus itu bukanlah orang-orang itu, melainkan pria-pria bersenjata atau malah calon zombie-zombie Octagon yang ia ingin lepaskan untuk membunuh kami semua! Sekarang, apa yang akan kulakukan?
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H