Pandangan Orion dan Rani bertemu, saling mengunci. Walau dalam keramaian, selama beberapa detik sepertinya mereka tak peduli pada sekitar. Tanpa pelukan dan kecupan, keduanya seolah bertukar ribuan kata rindu hanya lewat tatapan.
"Hai..." Rani berusaha agar tak menitikkan air mata.
"Hai juga, selamat malam. Terima kasih tadi mengunjungiku." Orion juga berusaha keras terlihat biasa-biasa saja padahal ia begitu gembira bertemu dengan pengantin sejatinya.
"Your welcome."
Orion mendekat, lalu bertanya,"Nanti malam?"
Kalimat Orion yang diucapkan perlahan sekali itu semula tak terlalu dimengerti oleh Rani. Â Sang bangsawan muda merasa perlu mengedipkan sebelah mata cokelatnya!
"Ah... I got it, okay, see you soon in the dining room!" Rani berusaha untuk tak terlalu menunjukkan perasaannya, hanya tersenyum gelisah dan mengangguk.
Orion membalas dengan ucapan sampai jumpa, berbalik dan berlalu. Rani merasa pipinya memanas, jantungnya berdebar tanpa henti, plus tangannya berkeringat dingin.
Duh, berada di dekat seorang Orion Brighton bagaikan nekat berdiang di tepi api unggun yang hangat mendekap, tapi bisa berubah panas menghanguskan! Betapa berbahayanya posisi kami berdua! Bagaimana jika Lady Rose tahu semua ini? Kurasa aku hampir gila terjebak asmara pada saat krisis di negeri asing...
Nanti malam? Apa yang suamiku rencanakan? Orion, begitu banyak yang ingin kuberitahukan! Dan ingin kulakukan bersamamu...
***