Orion, oh my God, seharusnya kau kemari dan lihat sendiri, pasien itu, Russell, dia...
Rani sudah begitu ingin pergi secepatnya dari situ. Ia sungguh tak tega, tak ingin mengintip kelanjutan dari adegan yang sedang berlangsung sangat perlahan di ruang isolasi sebelah. Akan tetapi sesuatu, entah rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang besar, erat menahan kedua kaki dan matanya.
Semoga bagaikan adegan lambat dalam film horor di siang hari. Tubuh di atas ranjang seolah bergerak ke posisi duduk, hingga selubung kain putih panjang yang menutupnya perlahan tergeser dan tersingkap, terjatuh di lantai. Ia nyaris tak berbusana, terpacak di ranjang, terbelenggu erat di empat penjuru pergelangan tangan dan kaki, meskipun sebelahnya telah tiada.
Itu jelas-jelas (tadinya) seorang pria Everopa berusia sekitar akhir 30-an atau awal 40-an. Rani sepertinya tak asing lagi dengan sosok semacam itu. Dalam temaram, kulit putih memucat penuh memar membiru dan pandangan mata kosong yang kini berbalik menatapnya tampak sangat...
"Apa, i-i-ia menatapku? Tidaaaaak!" Rani tak ingin mengakui kenyataan itu, tetapi momen itu betul-betul sedang terjadi. Pandangan itu tak terfokus namun mengunci matanya, tak akan pernah bisa terlupakan olehnya. Barangkali akan terpatri untuk seumur hidupnya!
Hal pertama yang ingin dilakukan Rani adalah berbalik dan melaporkan kejadian itu kepada siapapun, entah Orion atau penjaga yang entah pergi ke mana. Rani merasa benar jika sosok di dalam itu berbahaya.
"Siapapun itu, ia bukan lagi Russell. Ia sudah lama tiada!"
Sosok itu sepertinya tahu benar ia tak sendirian, bereaksi menyentakkan belenggu dan rantai yang erat-erat menahan. Geraman yang keluar dari bibir menghitam itu awalnya pelan, tak bisa terdengar oleh Rani. Namun seiring waktu dan tenaga yang mulai terkumpul, sosok itu mulai meraung bagai seekor binatang atau monster...
"Tidaaak!"
Rani tak sanggup lagi bertahan. Ia mundur selangkah demi selangkah dan kembali ke dalam ruang isolasi Orion.
"Ada apa?" pemuda itu terkesiap. Ia berdiri dari duduknya, bersiaga melindungi Rani walau belum mendekat.
"Orion, maaf, menurutku tetanggamu, dia... bukan lagi Russell. Berhati-hatilah! Kurasa, aku, aku... aku harus pergi! Akan kucari bantuan sekarang juga! Aku akan segera kembali!"
"Wait a minute... Rani!"
***
Insiden itu belum sampai diketahui dokter Kenneth. Dari laboratorium utama alias pusat kendalinya, ia masih asyik memaki-maki dan sibuk memerintahkan staf-stafnya.
"Apa-apaan dengan pemadaman listrik dadakan ini? Sudah bertahun-tahun tak kualami! Well, mungkinkah pembangkit listrik Everopa cabang Chestertown sudah jatuh? Segera nyalakan sumber daya darurat! Kita tak boleh kehilangan visual CCTV Lab Barn dan data-data penting! Ada pasien dalam pemantauan!"
Staf yang menerima order tampaknya masih ragu-ragu, "Tetapi Dok, kita mungkin butuh cukup banyak bahan bakar minyak untuk menghidupkan pusat generator set Lab Barn. Suplai darurat dari Chestertown kemarin hanya cukup untuk beberapa bulan dan kita belum memiliki izin tertulis dari Lady Rosemary Delucas untuk menggunakan..."
"Hah? Rose? Beliau tak ada di sini dan ia bahkan tak memegang kendali apapun atas Lab Barn ini! Dalam keadaan darurat seperti ini aku berhak mengambil keputusan sesuai apapun yang perlu kulakukan tanpa persetujuan lanjutan dari Rose!" Kenneth menambahkan, "Pagar di sekitar kompleks yang dialiri listrik juga harus tetap berfungsi!"
"Si-si-siap! Kami segera laksanakan!"
Kenneth terengah-engah. Sayup-sayup ia mendengar suara yang mirip sekali dengan suara yang pernah terngiang di telinga saat bersama Leon...
"Russell!" serunya gembira, "Akhirnya ia bereanimasi!"
Namun kegembiraan itu tak lama. Staf yang tadi menjaga di depan pintu Rani masuk.
"Maaf, Dok! Saya baru saja dari depan ruang isolasi Tuan Orion Delucas. Nona Maharani Cempaka ada di sana, tadi datang mengantarkan barang atas titah Lady Rosemary Delucas, namun sekembalinya aku, sekarang ia malah pergi lagi entah ke mana! Saya memang ceroboh, maafkan saya!" lapor staf itu.
"Huh, mengapa bisa begitu?" gusar Kenneth sesaat lamanya, "Tapi masalah gadis yang satu ini, sudahlah! Kita biarkan saja, sekarang aku sedang tak begitu peduli, banyak yang jauh lebih penting! Ayo kita ke ruangan Russell dulu, tak ada CCTV jadi kembali aku yang harus turun tangan memantau perkembangannya sendiri!"
Sementara berjalan di sepanjang koridor-koridor suram menuju ke ruangan Russell, staf itu kembali bertanya, "Bagaimana dengan Nona Rani, Dok?"
"Mungkin dia sudah duluan kembali ke main mansion. Dengar-dengar, Tuan Muda Leon mengajaknya berkuda pukul sepuluh pagi."
"Anda yakin, mereka masih aman-aman saja berkuda di lahan seluas ini?"
"Kurasa 'sih begitu! Karena itulah, sistem kelistrikan tak boleh padam! Pagar listrik harus selalu siaga! Tadi sudah kusuruh petugas menyelidiki dan segera mengaktifkan genset darurat!"
Kenneth dan stafnya tiba di depan ruangan-ruangan isolasi Orion dan Russell. Menjenguk sejenak lewat jendela pintu, Kenneth sama sekali tak peduli kepada Orion yang kelihatannya baik-baik saja walaupun sedang duduk gelisah dalam keremangan.
"Well, kelihatannya pasien kita yang satu lagi telah berhasil melewati gerbang-gerbang kematian dan kembali ke Planet Bumi!" dokter muda itu menyeringai, mengambil anak kunci dan membuka lebar-lebar pintu ruangan isolasi Russell.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H