Leon segera meninjau CCTV lain di Lab Barn. Hanya ruang-ruang kosong. Akhirnya muncul sebuah visual ruangan di mana seorang pemuda sedang tidur-tiduran. Tak nyenyak, sesekali membalikkan tubuh, namun masih terlihat sangat wajar.
"Orion!" Rose terlihat lega karena betul dugaannya, pria pertama yang sekarat tadi bukan suaminya.
"Papa Orion tampaknya baik-baik saja. Ia tak apa-apa, mungkin besok malam bisa segera keluar dari sana." Leon sepertinya masih sangat penasaran pada kejadian dini hari kemarin, namun karena janjinya kepada Rani, tak ingin membuka apa yang disaksikannya kepada orang lain termasuk ibunya.
"Tapi ia tak juga mengangkat teleponku. Mungkin baterai ponselnya habis atau ia sengaja mematikannya." Rose masih belum terlalu puas jika belum menemui suaminya sesegera mungkin, melihat dengan mata kepala sendiri.
"Besok pagi saja, Ma. Papa Orion butuh ketenangan. Kita juga tak ingin mengganggu eksperimen, maksudku, usaha pemulihan kesehatan para pasien, bukan?" Leon berusaha menahan ibunya, "Oh ya, Ma, besok bisakah aku berkuda sebentar di sekitar kompleks dan perkebunan kita? Kurasa keadaan aman-aman saja."
"Well, of course, untuk hal semacam itu kurasa kau tak memerlukan izinku," jawab Rose, "kau ingin berkuda sendiri, atau bersama Henry dan Grace?"
"Aku tak ingin sendiri atau ditemani siapapun, aku ingin bersama Nona Maharani Cempaka."
(bersambung besok)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H