Malam itu di atas ranjang ruang isolasi, Orion mencoba untuk tidur, namun tak bisa hingga nyenyak. Berulangkali ia hanya memejamkan mata, terjatuh dalam tidur ringan yang melelahkan, lalu terjaga kembali. Sayup-sayup ia masih dapat mendengar erangan tetangga kamar isolasinya, Russell, sosok yang tak pernah dan tak ingin ia bayangkan.
Apakah Russell takkan bisa diselamatkan, sama seperti tokoh-tokoh di film apocalypse horror yang kadang kutonton waktu senggang? Walau bagian tubuh korban terinfeksi telah diamputasi, virus itu tetap ada, ikut mengalir dalam darahnya? Orion berkali-kali terjaga dan mengecek diri sendiri jangan-jangan juga muncul perubahan mengejutkan pada tubuh dan kulitnya. Sejauh ini tak ada hal aneh, bahkan demam, rasa haus, lapar serta sesak napas tak lagi ia rasakan. Ia sudah jauh lebih membaik luar dalam daripada tadi pagi. Semua berkat chat-nya bersama Rani.
Ia begitu ingin membacanya ulang dari awal hingga akhir, sayangnya semua kata dan data sudah ia hapus. Nomor Rani pun ia tak berani simpan dengan nama sebenarnya. Ia begitu teguh melindungi istrinya walau masih berstatus yang 'kedua'.
Bagaimana dengan ibuku dan juga Reverend James? Sekeluarnya aku dari sini, aku harus bisa menemui mereka lagi dengan cara apapun! Surat pernikahan dengan Rani mungkin sudah jadi, sudah ada di gereja Chestertown! Mama juga perlu segera dihubungi, namun ini sudah malam, tak ingin kuganggu beliau. Besok pagi-pagi sekali, apa aku coba saja meneleponnya dengan sisa-sisa energi bateraiku?
***
Sementara di kamar utama main mansion, Lady Rosemary turut merasa gelisah. Ia sedikit menyesali terburu-burunya melakukan penandatanganan dua surat yang belum lama ia lakukan. Pertama, surat yang ia sepakati isinya bersama pria bernama Edward Bennet. Sosok misterius yang meneleponnya tadi serta mengatakan sesuatu yang tak ingin ia bicarakan. Kedua, surat yang baru saja ia tandatangani, sebuah perjanjian dengan dokter Kenneth Vanderfield.
Aku tak pernah membayangkan perubahan hidup yang begitu cepat. Kompleks yang tenang dan damai ini, hidup yang nyaman dan menyenangkan ini, tetiba harus berubah seketika dilanda virus Octagon!
Teringat kepada Orion yang tadi siang diamankan Kenneth, dicobanya untuk menghubungi ponsel pemuda itu. Tak ada balasan.
Hah, mengapa aku tiba-tiba mencemaskan suamiku yang masih tak peduli kepadaku itu? Seandainya saja aku bisa sekarang juga mengadakan inspeksi dadakan ke sana! Atau... apakah aku langsung mengecek saja CCTV rahasia yang ada di ruangan isolasinya? Telepon dariku saja tak diangkat-angkat atau berbunyi 'di luar jangkauan'. Apakah Orion meninggalkan ponselnya di kamar?
Lady Rosemary segera bangkit dari ranjang, menyambar kimono tidurnya dan bergegas keluar dari kamar. Ia belum pernah berkunjung ke ruang CCTV rahasia yang baru.
Setibanya ia di depan pintu, sedikit terkejut, ditemukannya pintu ruangan itu sedikit terbuka. Tak terkunci, ada siapa di sana? Perlahan sekali, didorongnya agar lebih terbuka.
"Mama!"
"Leon, mengapa pada jam tidur kau masih berada di sini?"
Rose tak menyangka akan bertemu dengan putranya di sana. Ia tak langsung marah, hanya terkejut dan penasaran pada aksi si remaja yang masuk 'tanpa izin'.
"Well, Mama, maafkan keberadaanku, aku hanya ingin melihat-lihat situasi sekitar Lab Barn. Aku takkan mencoba masuk sendirian ke sana tanpa izin, namun bolehkah aku sedikit melakukan petualangan virtual dari sini?" Walau sebenarnya Leon masih berminat menyelidiki misteri kepergian Orion malam itu, mencari sendiri jawaban yang belum diberikan Rani.
Lady Rose tak dapat serta-merta berkata 'tidak' dan melarang. Putranya itu sedari dulu memang sangat penasaran. Walau nalurinya sebagai seorang ibu merasa 'pengakuan' Leon itu belum sepenuhnya benar, ia menjawab, "Asal kau segera pergi tidur setelah selesai. Di sana tak ada apa-apa, hanya... Hah, what's going on?"
Keduanya mendekat ke sebuah monitor yang sedari tadi diperhatikan Leon. Tampak di sana dokter Kenneth dan dua anggota timnya sedang memeriksa keadaan seorang pria.
"Ma, apakah pria itu... Papa Orion?"
Wajahnya tidak terlihat di kamera. Namun Rose berusaha untuk optimis dan menyahut, "I don't think so. Itu pasti pasien yang digigit suspek Octagon. Orionku takkan berbaring di ranjang pasien dan menggelepar-gelepar seperti itu. Kondisi ayah sambungmu kurasa tidak sebegitu parah. Kenneth berkata mungkin Orion hanya terserang flu atau demam biasa. Ia juga hanya keluar sebentar menjenguk Lady Mag, jadi kurasa tak akan terjadi apa-apa. Lady Mag juga setahuku baik-baik saja."
Namun Rose dan Leon tak ayal harus terpaku menyaksikan Kenneth dan dua pria lainnya berusaha keras untuk menenangkan sosok pria di ranjang. Kritis, orang itu takkan bertahan hidup lebih lama lagi.
"Astaga. Walau tak ingin kusaksikan, tetapi mengapa aku tak bisa berpaling! Leon, kita tak seharusnya melihat semua ini. Coba kita lihat ruangan lain saja."
Leon segera meninjau CCTV lain di Lab Barn. Hanya ruang-ruang kosong. Akhirnya muncul sebuah visual ruangan di mana seorang pemuda sedang tidur-tiduran. Tak nyenyak, sesekali membalikkan tubuh, namun masih terlihat sangat wajar.
"Orion!" Rose terlihat lega karena betul dugaannya, pria pertama yang sekarat tadi bukan suaminya.
"Papa Orion tampaknya baik-baik saja. Ia tak apa-apa, mungkin besok malam bisa segera keluar dari sana." Leon sepertinya masih sangat penasaran pada kejadian dini hari kemarin, namun karena janjinya kepada Rani, tak ingin membuka apa yang disaksikannya kepada orang lain termasuk ibunya.
"Tapi ia tak juga mengangkat teleponku. Mungkin baterai ponselnya habis atau ia sengaja mematikannya." Rose masih belum terlalu puas jika belum menemui suaminya sesegera mungkin, melihat dengan mata kepala sendiri.
"Besok pagi saja, Ma. Papa Orion butuh ketenangan. Kita juga tak ingin mengganggu eksperimen, maksudku, usaha pemulihan kesehatan para pasien, bukan?" Leon berusaha menahan ibunya, "Oh ya, Ma, besok bisakah aku berkuda sebentar di sekitar kompleks dan perkebunan kita? Kurasa keadaan aman-aman saja."
"Well, of course, untuk hal semacam itu kurasa kau tak memerlukan izinku," jawab Rose, "kau ingin berkuda sendiri, atau bersama Henry dan Grace?"
"Aku tak ingin sendiri atau ditemani siapapun, aku ingin bersama Nona Maharani Cempaka."
(bersambung besok)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI