Syukurlah, aman!
Orion masuk kamar tidurnya dengan langkah-langkah berat, mengunci pintu, dan mendesah lelah. Ia tak pernah merasa sedemikian lemah tak berdaya. Setelah perjalanan pergi-pulang dengan Maharani, melalui pernikahan dadakan dan 'jam madu' mereka yang singkat, kini yang pemuda itu inginkan hanya ingin tidur dan tidur.
Dilepaskannya semua yang ada pada tubuhnya, lalu dimasukinya bath tub besar berisi air dan busa hangat. Sebetulnya ia enggan melepas jejak keringat Rani yang menempel di tubuhnya. Ia suka wangi pengantin wanitanya, manis, lembut dan eksotis. Sayangnya, Orion merasa kecerobohan terakhir yang ia lakukan telah merusak segalanya. Kontak fisik dengan sosok tak dikenal itu... astaga, kuharap bukan sebuah kesalahan besar!
Sambil berendam membersihkan diri, direkreasikannya semua sentuhan Rani di tubuhnya. Dengan mudah mereka saling memiliki, dan entah kapan bisa terjadi lagi. Orion sangat suka melakukannya. Terasa seperti pertama kali, tak pernah menjemukan.
Astaga, Rani. Semoga kita dapat terus bersama setelah semua yang terjadi. Aduh, I feel a bit under the weather. I don't know why, I never feel like this. Apakah aku demam? Aku harus tidur. Memulihkan diri secepatnya. Jangan sampai seperti almarhum papa yang terserang Hexa.
***
Tak lama, fajar merekah di ufuk timur. Berbeda dengan pagi-pagi hari kemarin, dunia Ever takkan pernah sama lagi.
Perbukitan Chestertown terlihat sangat lengang. Tak terdengar kicau burung-burung di hutan maupun kokok ayam jago di peternakan. Hanya deru angin yang cukup kencang menerbangkan dedaunan musim gugur ke segala penjuru.
Di kejauhan menjelang area kompleks Delucas, seorang pria penduduk lokal nekat turun ke jalan. Entah karena tak tahu atau memang peduli pada keadaan.
Pria itu menyandang senjata laras panjang. Bukan hal yang aneh atau dilarang di daerah ini. Hewan-hewan liar terkadang muncul dari hutan, jika merasa terganggu mereka bisa saja menyerang manusia.
Dua orang aneh di jalan yang semalam didekati Orion ternyata masih berkeliaran di spot yang sama, yang satu masih terbaring diam di jalan raya. Pria lokal bersenjata itu tadinya tak peduli. Ia terus berjalan lewat secepatnya tanpa ingin melihat.