Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 50)

28 Februari 2023   08:02 Diperbarui: 28 Februari 2023   08:15 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi edit pribadi

"Apa yang sebenarnya terjadi di luar sana, ready or not, true or false, aku harus segera mengetahui semuanya! Tak ada yang boleh ditunda-tunda! I have to find out all by myself!" 

Leon sudah sangat ingin menyambar jaketnya kembali, mempersiapkan masker dan senjata tajam atau alat pemukul apa saja, lalu pergi seorang diri ke dekat pagar hidup di mana baru saja terekam dengan jelas sosok Orion sang papa sambung sedang mengecek orang mencurigakan yang sangat mirip dengan zombie itu!

"Aku tak ingin berprasangka buruk, tetapi ada baiknya jika semua terungkap; betulkah itu Orion atau aku hanya berhalusinasi karena terlalu mengantuk dan lelah!"

Baru saja Leon beranjak keluar dari ruangan, seorang penjaga di ujung koridor telah melihatnya dari kejauhan.

"Selamat pagi, Tuan Muda Leon Delucas! Still too early to be here, apakah Anda baru bangun tidur atau belum berangkat beristirahat? Maaf, tadi saya menemukan benda ini di lorong dekat kamar Anda! Mungkin Anda menjatuhkannya?"

"Oh, betul, ini kunci paviliun Nona Rani! Aku menemukannya tertinggal di suatu tempat." Leon menerimanya, merutuk dalam hati karena baru sekarang benda yang hilang itu kembali berada dalam genggaman, "Terima kasih, nanti aku akan mengembalikannya sendiri. Aku akan serahkan benda itu jika bisa bertemu Nona Rani nanti pagi."

Leon hanya bisa tersenyum pahit. Keberadaan penjaga itu menandakan seluruh kompleks telah kembali aktif dan terjaga ketat.

"Sama sama. Maafkan jika saya ikut campur. Sebaiknya Tuan Muda Leon kembali ke kamar tidur, hari ini masih terlalu pagi untuk beraktivitas. Lady Rosemary Delucas telah merancangkan penjagaan yang lebih ketat, kami dititahkan untuk menjaga semua anggota keluarga sebaik-baiknya!"

"Oke, terima kasih. Selamat pagi. Aku segera akan kembali ke kamar..."

"Perlu saya antarkan?"

"Oh, no, sangat dekat dan aman, kurasa aku bisa sendiri, thanks a lot!" Leon menyeringai ramah, setengah kesal karena merasa diperlakukan seperti anak kecil.

Merasa kebebasannya mulai terbelenggu, Leon  memutuskan untuk bicara secepatnya nanti kepada sang mama serta menyelidiki semua secara rahasia hingga tuntas! 

Nona Rani juga sering bertemu dengan Orion, mereka berdua belakangan ini mulai tampak mencurigakan! Walaupun aku remaja ingusan, aku berhak tahu semuanya!

***

Orion...

Rani sudah berada kembali di paviliunnya. Guling dan selimut yang ia letakkan di atas ranjang masih dalam posisi semula.

Semua ini bagai mimpi. Tiba-tiba ia sudah jadi milikku, walau tanpa cincin, tanpa foto pernikahan, dan belum menerima surat resmi. Aku masih harus berbagi dirinya dengan Lady Rosemary karena ia bagaimanapun telah 'menikah' lebih dahulu dengan Orion. Sekarang yang lebih kucemaskan bukan status, namun keadaan Orion! Ia sempat menyentuh orang yang hampir ia tolong di jalan, juga mungkin terekam CCTV! Aku harus memastikan suamiku tak apa-apa. Juga, jika rekaman itu betul-betul ada, harus kuhapus, bagaimanapun caranya!

Rani belum yakin jika virus Octagon sudah tiba di Chestertown. Dokter Kenneth dan yang lain mungkin lebih tahu.

Tetiba ponselnya bergetar. Keluarga besar dari Evernesia telah membalas pesan Rani yang belum terjawab!

"Rani, kau tidak apa-apa? Kami dengar kabar seluruh Everopa sudah berada dalam zona merah Novel Octagon-33 Virus! Semoga hanya hoaks. Please stay safe!"

***

Syukurlah, aman!

Orion masuk kamar tidurnya dengan langkah-langkah berat, mengunci pintu, dan mendesah lelah. Ia tak pernah merasa sedemikian lemah tak berdaya. Setelah perjalanan pergi-pulang dengan Maharani, melalui pernikahan dadakan dan 'jam madu' mereka yang singkat, kini yang pemuda itu inginkan hanya ingin tidur dan tidur.

Dilepaskannya semua yang ada pada tubuhnya, lalu dimasukinya bath tub besar berisi air dan busa hangat. Sebetulnya ia enggan melepas jejak keringat Rani yang menempel di tubuhnya. Ia suka wangi pengantin wanitanya, manis, lembut dan eksotis. Sayangnya, Orion merasa kecerobohan terakhir yang ia lakukan telah merusak segalanya. Kontak fisik dengan sosok tak dikenal itu... astaga, kuharap bukan sebuah kesalahan besar!

Sambil berendam membersihkan diri, direkreasikannya semua sentuhan Rani di tubuhnya. Dengan mudah mereka saling memiliki, dan entah kapan bisa terjadi lagi. Orion sangat suka melakukannya. Terasa seperti pertama kali, tak pernah menjemukan.

Astaga, Rani. Semoga kita dapat terus bersama setelah semua yang terjadi. Aduh, I feel a bit under the weather. I don't know why, I never feel like this. Apakah aku demam? Aku harus tidur. Memulihkan diri secepatnya. Jangan sampai seperti almarhum papa yang terserang Hexa.

***

Tak lama, fajar merekah di ufuk timur. Berbeda dengan pagi-pagi hari kemarin, dunia Ever takkan pernah sama lagi.

Perbukitan Chestertown terlihat sangat lengang. Tak terdengar kicau burung-burung di hutan maupun kokok ayam jago di peternakan. Hanya deru angin yang cukup kencang menerbangkan dedaunan musim gugur ke segala penjuru.

Di kejauhan menjelang area kompleks Delucas, seorang pria penduduk lokal nekat turun ke jalan. Entah karena tak tahu atau memang peduli pada keadaan.

Pria itu menyandang senjata laras panjang. Bukan hal yang aneh atau dilarang di daerah ini. Hewan-hewan liar terkadang muncul dari hutan, jika merasa terganggu mereka bisa saja menyerang manusia.

Dua orang aneh di jalan yang semalam didekati Orion ternyata masih berkeliaran di spot yang sama, yang satu masih terbaring diam di jalan raya. Pria lokal bersenjata itu tadinya tak peduli. Ia terus berjalan lewat secepatnya tanpa ingin melihat.

Huh, aku bukan 'Orang Samaria yang Baik Hati' dan sungguh, aku tak ingin berurusan dengan mereka! Si pria berusaha menjauh semaksimal mungkin. Namun rasa penasaran tak ayal menghampirinya, Yang terkapar itu korban tabrak larikah? Orang mabukkah? Ah, masa bodoh, malas benar menolong! I'm not going to give a hand, just want to see, then leave! Lalu mendekatlah ia ke orang yang diam saja itu.

"Hey, are you okay?"

Dengan ujung sepatu botnya, si pria berusaha mendorong-dorong bahu si korban tabrak lari itu. Tetiba pria iseng itu terpekik.

Orang di jalan itu tetiba 'sadarkan diri', secepat kilat meraih dan menggenggam sepatu dan mata kakinya! Pupil matanya begitu putih, nanar menatap si pria iseng yang langsung meronta-ronta, berusaha melepaskan diri.

"Damned! Makhluk sialan, lepaskan aku! Pergi sekarang juga, atau terpaksa kau kutembak!"

Pria kalap itu berusaha menyiagakan senapannya, tak sadar jika di belakangnya, 'rekan si pria terkapar' berjalan gontai, semakin dekat...

 (bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun