"Uh, entahlah, kurasa malam ini Papa Orion tak berada di kamar bersama mamaku. Ia pasti ada di kamarnya sendiri."
"Baiklah, Young Man. Good night!"
Dokter itu berbalik untuk pergi, sekilas masih menunggu Leon beranjak menjauh dari paviliun Rani. Akhirnya mereka bersama-sama pulang kembali ke main mansion. Leon sedikit kecewa dengan misinya yang gagal, namun tak berdaya apa-apa. Dimasukkannya kedua tangan ke dalam jaket dan ikut di belakang Kenneth hingga keduanya berdampingan menelusuri jalan setapak gelap dan sepi.
"By the way, is Ms. Rani still a single lady?" Kenneth mencuri kesempatan itu untuk bertanya, hal yang segan ia lakukan jika ada Lady Rose di dekatnya.
"I think so, Doc. She never mention any name, neither a boyfriend or spouse. Ada apa?" Leon sedikit curiga, mulai menduga-duga apa maksud di balik pertanyaan dadakan si dokter.
"Oh, no, nothing important! Just forget it!" Kali ini giliran Kenneth yang salah tingkah, "Just being curious, because she is so pretty!"
"Yes, she is. I really like her! Well, as a student toward his teacher, of course!"
Tetiba kedua pria itu terkesiap. Langkah mereka terhenti dan langsung bersiaga dengan segenap panca indra. Mereka baru saja melewati pagar hidup tinggi yang berbatasan dengan jalan raya di sisi perbukitan Chestertown.
"Leon, kau dengar erangan itu?" Kenneth berbisik sepelan yang ia bisa.
"Ya, Dok. Dari balik pagar hidup ini. Sepertinya aku sering dengar di film-film atau game online. Mungkinkah..."
"Zombie?"