"Sekarang, apakah lebih baik kita segera kembali ke rumah Leon dan Grace?"
Orion menggeram gemas dalam nada main-main, "Tidak, masih sangat banyak permainan dewasa yang belum kita coba!" Seringai nakal terbit di wajahnya, manis sekaligus begitu maskulin, "Sebelum kita pergi dari sini, mari kita saling menikmati 'jam madu' kita ini sepuasnya!"
Rani tak mampu menolak. Ia sudah betul-betul kecanduan pada tubuh dan jiwa indah seorang Orion Brighton.
Beberapa kali lagi mereka menyatu bagaikan dua kutub magnet, tarik menarik, begitu sukar dilepaskan.
Orion sadar, menikahi Rani membawa kebahagiaan sekaligus risiko besar di depan mereka berdua. Biarlah besok menjadi misteri besar yang akan mereka hadapi bersama.
***
Sementara jauh di kediaman Delucas, Leon di kamarnya masih belum bisa terlelap. Rasanya begitu gelisah, ia begitu mencemaskan Rani.
"Perasaan apa ini? Mengapa Nona Rani tadi tidur dalam posisi begitu aneh dan menutupi kepalanya dengan selimut, tidakkah itu akan menyebabkan ia sukar bernapas?"
Remaja itu bertekad untuk turun dan kembali ke paviliun nomor 17 sekali lagi. Ia harus memastikan tak terjadi apa-apa pada sang guru.
"Aku tak peduli walau mamaku akan marah besar bahkan membunuhku malam ini sekalipun! Harus diriku sendiri yang melakukan ini, Grace, Orion dan yang lain tak perlu tahu!"
Mengambil jaket yang tadi ia kenakan, Leon bergegas keluar dari kamarnya. Lega saat menyadari main mansion masih belum dijaga ketat seperti biasanya, remaja itu beringsut keluar dari pintu samping dan menghilang dalam kegelapan malam.