Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 44)

24 Februari 2023   13:27 Diperbarui: 24 Februari 2023   13:28 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi desain pribadi

"Kamar pengantin? Maksud Mama, kami berdua boleh menginap di sini? Terima kasih banyak, hal yang sangat menyenangkan! I really miss our old home sweet home. Namun maaf, tampaknya kami harus segera kembali ke kediaman Delucas. Mereka, terutama Lady Rose, akan curiga jika sampai tahu kami berdua tidak ada di sana!" Orion segera menjawab sambil tersenyum, walau pertanyaan ibunya tadi tak pelak menimbulkan gelitik kecil di hatinya. Membuatnya tiba-tiba bertukar pandang gelisah sambil tersipu-sipu bersama Rani.

"Betul juga. Oh ya, Orion, kalian berdua bahkan belum sempat bertukar cincin pernikahan. Semua ini terburu-buru dilakukan dalam waktu tak sampai sehari, bahkan pemberkatan tadi terpaksa kita lakukan tanpanya!"

"Tak apa-apa, Ma. Lebih baik jika cincin-cincin itu menyusul saja. Kami juga takkan bisa mengenakannya di jari manis karena pernikahan ini harus dirahasiakan dengan baik di hadapan seluruh keluarga Delucas. Bagaimana, Rani? Is that okay?"

"Aku setuju denganmu, Orion, eh, Suamiku! Bagiku sekarang kebersamaan kita jauh lebih penting daripada memikirkan cincin-cincin pernikahan!"

Orion sekali lagi menatap Rani sambil menggenggam tangannya "Terima kasih untuk pengertianmu, Istriku! Aku berjanji, begitu keadaan membaik, kita akan segera mendapatkan cincin-cincin yang tepat, membuka semua rahasia ini dan pergi dari kediaman Delucas secepatnya, melarikan diri dari sana untuk berbulan madu dengan cara apapun! You know, just you and me, then we will..."

Pemikiran nakal Orion itu membuat Rani merona lagi, "Bu-bu-bulan madu? Melarikan diri? Tapi aku, eh, masih seorang guru baru di sana! Bagaimana mungkin aku tega meninggalkan murid-muridku, Leon dan Grace?"

"Oh, jadi mereka masih lebih penting daripada aku, suamimu?" Orion pura-pura merajuk.

Lady Mag tertawa menanggapi putranya, "Hahaha, kalian ini lucu, pengantin baru yang belum apa-apa sudah memulai perdebatan pertama! You make me really miss your Papa, Orion."

"Ah, Mama, please forgive us, don't be sad, we're just silly newlyweds trying to exchange some ideas! Dan Rani betul, sepertinya untuk saat ini, apalagi di awal krisis dunia yang semoga tak terjadi, kita harus bisa merahasiakan semuanya! Rani..." Orion menatap ke dalam mata hitam bulat Rani sekali lagi, "Kita akan segera kembali ke kompleks Delucas. Mari kita ganti busana dan pulang ke sana!"

"Baiklah!"

"Mama sangat setuju, walau sangat berat melepas kalian berdua. Semoga kalian baik-baik saja di sana. Mama akan bekerjasama secepatnya dengan Rev. James untuk membongkar kasus pemalsuan pernikahan Rose sahabatku itu. Walau pernikahan kalian tak resmi secara sipil, Rose tak boleh berbuat demikian."

"Biarlah, Ma. Tenang saja, Rosemary boleh memilikiku seperti yang ia inginkan. Hanya sebatas pendamping saja, meski tanpa kuasa apa-apa, tak ada yang kusesalkan. My real wife is Maharani, my last love..."

"Walau sebentar, kalian berdua butuh sejenak saja bersama. Berganti busana dan beristirahatlah sejenak di kamar lamamu, My Son. Aku sudah membersihkan dan menatanya sedari siang. Mungkin tak semewah mansion Delucas, Rani, kuharap kau memakluminya."

"Yes, Ma'am. Terima kasih. Tak apa-apa. Semua ini sudah sangat cukup bagiku!"

"Kau juga boleh memanggilku Mama, seperti Orion selalu lakukan. Now you're my daughter-in-law! Aku mencintaimu juga seperti seorang ibu yang kau tak pernah kau miliki! Just be a part of us!"

Kata-kata hangat dari Mag itu membuat Rani terharu. "Thank you very much, Mama! You're so sweet!" 

"Sekarang, izinkan kami sejenak saja undur diri dari hadapanmu, Ma!" Tetiba Orion mengangkat Rani dan menggendongnya dalam rangkulan, "Kami naik dulu dan memanfaatkan satu-dua jam tersisa ini sebelum kembali!"

"Uh, Orion!" Wajah Rani merona sejadi-jadinya. Tapi ia tak melawan. Dikalungkannya lengan melingkari bahu mempelai prianya. Meski merasa segan kepada ibu mertua barunya, Rani sangat gembira dan berdebar-debar.

"Silakan, Young Ones!" Mag turut gembira dengan kebahagiaan putranya, "Mama takkan mengganggu! Have fun!"

Orion segera menggendong Rani melalui tangga spiral besar menuju lantai atas. Rasanya sudah tak sabar lagi.

"Orion, tidakkah tubuhku terlalu berat bagimu?" Rani berbisik cemas, "Aku tidak berdiet!"

"Tubuhmu kecil dan kurus begini kau sebut berat? Kau seringan bulu angsa, Milady! Jangan khawatir, I won't ever drop you! I'll keep you safe and warm." Orion tersenyum manis sekali.

Jantung Rani semakin berdebar-debar saat Orion tiba di depan pintu kamar.

Rani merasa gugup luar biasa, Duh, jujur saja, aku takut, aku belum pernah...

"Ada apa, Milady? Kelihatannya kau tegang sekali."

"Oh, tak apa-apa!" Rani berusaha tenang.

Orion perlahan membuka pintu dan mereka masuk. Aroma lavender Everopa menyeruak lembut. Ruangan tidur utama itu berinterior cozy dengan nuansa krem bermandikan cahaya temaram, nyaman mengundang.

"Welcome to our bedroom. Walau kita hanya berganti busana saja di sini lalu harus segera pulang, selamat menikmati!" Orion meletakkan perlahan tubuh istrinya di ranjang.

"Orion," bisik Rani saat Orion menahan posisinya di atas tubuhnya.

"Ya?" Orion membalas mesra.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Berganti busana? Tuxedo ini terasa sesak."

"Oh ya? Aku belum bilang, kau sangat tampan malam ini. Kau membuatku tak bisa berhenti memandang."

"Rani juga sangat cantik dalam gaun putih ini, membuatku tak sabar lagi!"

Darah Rani kembali berdesir. "Tak sabar untuk apa?"

Orion tak bicara apa-apa, mata cokelat sipitnya memandang mata Rani dalam-dalam.

"Untuk bersamamu. I love you, Rani, I want you so bad."

"Me too."

Tanpa ada yang memulai, tetiba bibir mereka bertemu dan saling mengecup. Pertama-tama, lembut. Sangat perlahan-lahan. Walau bukan untuk pertama kali, rasanya sangat berbeda bagi Rani. Ia berhenti sejenak dan berbisik, "Kita tak punya banyak waktu di sini, Orion. Let's do it."

"Ini untuk pertama kalinya bagimu, you know, bersama seorang pria?"

"Ya. Aku sedikit takut."

"I'll be careful. Aku tak ingin menyakitimu." Perlahan sekali, Orion menelusuri tubuh Rani dari rambut hitamnya yang lebat dan panjang. "Tubuhmu langsing tapi berisi. Kulitmu sangat lembut, just like a budding jasmine. Bunga putih lembut Evernesia serupa dirimu."

Rani merasa malu dipuji begitu. Ia juga sudah tak tahan lagi, disentuhnya tengkuk Orion dengan kedua tangannya. Dibelainya perlahan belakang leher Orion untuk pertama kali, terus turun ke leher untuk membuka dasi hitam tuxedo di kerah putih kemejanya. Terus meluncur ke kancing-kancing di bawahnya, hingga dada Orion yang bidang dan cenderung licin kini terbuka. Rani tak bisa mengalihkan pandang. Dinikmatinya setiap inci dan mili sosok indah pemuda Everopa itu.

"Bagaimana?"

"Ini pertama kalinya kusentuh lawan jenisku."

Orion sudah betul-betul tak sabar lagi, tetapi ia tak mau memperlihatkannya. Lanjut menyentuh bahu Rani yang kuning langsat, membelai kulit punggungnya sesaat lalu melakukan hal yang sama seperti Rani. Ditariknya turun perlahan-lahan ritsleting kecil yang ia temukan di sana.

Napas Rani semakin tak teratur, jantungnya berdetak semakin kencang. Gaun pengantin putihnya perlahan terbuka, bagai kelopak melati merekah untuk pertama kalinya.

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun