"How do you do, Dear Miss Maharani Cempaka? I feel fine, thank you very much. It feels very nice to meet you too! Just call me Mag!"
Rani untuk pertama kalinya bertemu muka dengan wanita ningrat ramah berumur sepantar Lady Rose yang selama ini hanya ia kenal lewat kisah singkat Orion. Lady Mag terkesan sederhana, sangat berbeda dengan sahabatnya.
"Selamat datang di kediaman Brighton, semoga Nona Maharani betah berada di sini. Kami tak memiliki banyak kemewahan tersisa semenjak ayah Orion tiada."
Wanita itu cantik, awet muda, namun tak tampil seglamor Lady Rose. Dipersilakannya Rani dan Orion duduk di sofa tamu. "Maaf, kami hanya punya teh, tak memiliki hidangan lain. Sudah lama aku tinggal sendiri, tidak memiliki banyak pelayan maupun penjaga seperti sahabatku Rose. Kami hidup dari pendapatan putraku. Astaga, Orion, aku betul-betul terkejut saat mengetahui jika Rose ternyata tega berbuat itu kepada kita."
"Mama..." Orion tak ingin membuat ibunya galau, "Mama tak perlu khawatir dulu. Justru 'kecurangan' Rose itu membawa keuntungan tersendiri bagi kami, walau kita harus berbuat hal ini secara diam-diam!"
"Betul!" Suara lelaki setengah baya ikut menimpali.
Mereka bertiga menoleh.
"Reverend James!" Orion menyapa, segera mempersilakan pendeta utama Chestertown itu duduk. "Terima kasih atas kedatangan Anda!"
Maharani turut mengangguk ramah, "Selamat malam, Rev. James. Nama saya Maharani Cempaka, uh, teman Orion!"
"Selamat malam, Nona Maharani Cempaka! Well, saya sudah mengerti ceritanya dan juga sudah memberitahukan semua kepada ibunda Anda, Tuan Orion Brighton!" Pendeta itu duduk bersama mereka.Â
"Jadi, semua ini harus kita segera kerjakan secara rahasia. Cepat, singkat dan sangat diam-diam. Rani, are you ready?"