"Huh, apa gerangan yang mereka antarkan dalam truk dan mobil boks itu? Apakah selain membagikan stok pangan, mereka juga akan membagikan 'benda berharga' lain untuk kita?"
"Kurasa tidak. Keluarga Delucas takkan sebegitu berbaik hati kepada kita jika tak ada maunya."
"Jadi, kira-kira apa ya?"
"Kurasa mereka diam-diam tahu lebih banyak dari yang kita, masyarakat awam, ketahui."
***
Orion sudah berada di jalan tanah kecil nan sunyi di bagian lain perbukitan Chestertown. Ia mengendarai sendiri sepeda motor tua warisan almarhum ayahnya, satu-satunya kendaraan pribadinya sendiri yang ada di kediaman Delucas.
"Gereja Chestertown, Reverend James. Aku harus berhasil menemuinya hari ini juga!"
Tak lama, Orion tiba di Chestertown tepat pada waktu brunch. Biasanya kota kecil itu dipadati turis maupun warga yang duduk makan di kafe-kafe; menyesap secangkir kopi atau menikmati sepotong kue sambil berfoto ria atau membaca koran dan majalah. Lalu terdengar alunan musik dari jukebox tua maupun televisi yang dipasang pemilik usaha. Kadang lewat juga kereta-kereta kuda ala zaman dahulu, atraksi lokal yang diminati para turis untuk disewa berkeliling kota.
Namun suasana kali ini begitu sepi, lengang, nyaris hening. Orion sadar, sebagian penduduk memang berada di kompleks Delucas, masih mengantre jatah pangan. Keluarga mereka tentu menunggu di rumah. Rasa sepi ini menimbulkan perasaan ngeri yang tak beralasan. Orion berusaha untuk tak berpikiran negatif. Flash disk berisi foto-foto Rose dan 'sang pendeta pengganti' telah ia bawa dalam saku jaket.Â
"Semoga Reverend James ada di kantor gereja! Beliau pasti bisa memberikanku informasi yang kubutuhkan!"
(bersambung)