Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 32)

20 Februari 2023   15:26 Diperbarui: 20 Februari 2023   15:52 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Curiga? Mengapa?" Rani hampir tersedak saat mendengar kata-kata Orion itu. Berusaha keras ikut memelankan suaranya, ia balik bertanya, "Bukankah kalian baru saja menjadi suami istri yang sah?"

"Secara ritual, ya. Secara sipil, belum. Rose tidak mau, ia beralasan tak ingin nasibnya kelak seperti dulu, ditinggalkan 'si pengkhianat' ayah kandung Leon dan Grace yang menggerogoti harta serta kepercayaannya, padahal mereka menikah secara sipil. Akan tetapi walau pernikahanku sudah dilaksanakan di hadapan saksi dan Tuhan tentunya, terus terang saja, aku mencium adanya konspirasi antara Rose dengan 'seseorang' di sini."

"Konspirasi? Seperti pandemi virus Hexa saja, yang selalu dikira hanya konspirasi para negarawan waktu itu! Dianggap bisnis, intrik dan permainan politik semata-mata! Di negeriku juga begitu, sangat banyak yang tak percaya, tak mau mengenakan masker dan tak mau menerima vaksin, hingga banyak nyawa melayang percuma! Padahal jelas-jelas penyakit itu ada dan nyata, bukan rekaan semata-mata!" Rani nyaris tertawa gelisah.

"Mungkin saja semacam itu, Rose bisa melakukan apa saja. Ia tak menikahiku secepat itu hanya karena 'jatuh cinta pada pandangan pertama' dan sebagainya. Karena itu aku harus segera menyelidikinya. I have to find it out by myself as soon as possible!" Orion bertekad.

Aneh sekali cara bicara, semangat baru, serta kegusarannya! Ini sama sekali tak seperti Orion yang biasanya! Jantung Rani berdebar-debar memikirkan semua yang ia baru dengar, Orion bisa saja hanya sekadar 'curhat' atau bicara hal yang tak sebenarnya terjadi, tetapi aku selalu merasa ia jujur!

Orion menambahkan, "Dan jika dugaanku ini terbukti benar, berarti aku bisa 'lepas' dari Rose. Karena ia 'bersalah', lalu aku bisa menikahimu!"

Eh? Rani nyaris menumpahkan teh hangat yang sedang ia sesap.

***

Kenneth Vanderfield si dokter muda beserta Lady Rosemary dari kejauhan masih memantau situasi pembagian bahan pangan di gerbang ganda utama Delucas yang hanya dibuka sebelah pintu. Di luar, antrean mengular para tetangga dan penduduk Chestertown yang entah datang dari mana tampak menunggu dengan gelisah. Sebuah meja kayu besar dijadikan barikade sekaligus tempat serah terima paket-paket bahan pangan.

Para petugas membagikan bingkisan kepada para pengantre, satu keluarga hanya berhak mendapatkan jatah sebuah kotak berisi bahan pangan dan susu untuk beberapa hari. Mereka didata dengan cermat agar tidak terjadi kecurangan. Walaupun beberapa orang tampak kurang sabar karena lama, antrean dan pembagian berlangsung dengan tertib.

"Huh, sampai kapan kita harus melakukan charity semacam ini? Lama-lama, bisnis Delucas bisa rugi besar!" Lady Rose entah sudah berapa kali mengeluh.

"Kau takkan pernah rugi, lihat, persediaan kita di sini masih banyak sekali, peternakan dan perkebunan masih berjalan lancar. Ingat, kita tak boleh menganggap tetangga kita sebagai lawan. Kita akan sangat membutuhkan bantuan dan pertolongan mereka untuk melindungi kita seandainya terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan!" Kenneth si dokter selalu bijak menenangkan.

"That's so wise of you! Oh ya, by the way, apakah kau sudah melaksanakan 'tugas utama' yang kuberikan kepadamu?"

"Memata-matai bu guru Cempaka, si gadis Evernesia itu?"

"Betul. Dan jangan bicara keras-keras. Ini hanya antara kita berdua saja!"

"Tentu saja, jangan khawatir. Memangnya selain memata-matai, ada hal lain yang kau inginkan untuk kulakukan?"

Lady Rose menyeringai. "Well, Kenneth, since you're still single, why don't you try to flirt with her? Tak ada salahnya mencoba, bukan?"

Kenneth tersipu-sipu. "Astaga, hal itu sama sekali tak terpikirkan olehku! Tapi, tentu saja aku bisa melakukannya. Yes, I definitely like her. She's young, innocent, as fresh and as pretty as a jasmine blossom. Dan sebagai seorang dokter muda yang cukup lumayan, mungkin ia bisa kutaklukkan dengan mudah!"

"Bagus. Setelah acara ini selesai, segera coba lakukan pendekatan. Kuperhatikan Orion sepertinya mengaguminya. Jangan biarkan Nona Cempaka berduaan saja dengan suamiku itu. Aku tak mau kembali diselingkuhi. Sudah cukup ayah Leon dan Grace saja!"

***

Sementara itu sambil menunggu Rani, Leon dan Grace masih terus memantau 'kondisi terkini' via sebuah deep web di komputer perpustakaan. Beberapa jurnalis amatiran yang berada di Everance mengabadikan lebih banyak momen gelap dari seluruh penjuru kota itu. 

Menggunakan drone dan CCTV yang disabotase, tampak sekilas Menara Eivle, simbol Pharez yang terkenal dengan wujudnya yang ikonik, sedang terbakar hebat. Listrik di seluruh penjuru Pharez sudah lama dipadamkan. Seluruh kota berada dalam kekacauan. Jalan-jalan lengang penuh mobil, bus, serta kendaraan lain bergelimpangan. Sebagian rusak parah dan terbakar seolah-olah belum lama mengalami kecelakaan hebat. Rumah, gedung dan taman-taman lengang dan kosong. Sampah bercampur harta benda berserakan di mana-mana, tertiup angin serta terbuang begitu saja, seakan-akan tak lagi berarti.

"Padahal Pharez terkenal sangat romantis! Indah, bersih, terkenal dengan kesenian dan wisata kulinernya yang lezat, serta menarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia Ever! Mengapa jadi begini?" Grace meratap sedih.

"Begitulah hidup. Kita tak pernah tahu apakah hari ini, besok, lusa, seluruh Everopa akan ikut jatuh menyusul Pharez dan Everance." Leon mencoba klik asal saja beberapa random deep web lainnya.

"Astaga! Berhenti sebentar, ya, di situ, Leon!" Grace tampak terkejut, "Lihat! Zombie-zombie itu sepertinya tertarik pada keramaian! Di pinggiran Pharez itu masih ada toko yang nekat buka! Hei, lihat... tiba-tiba mereka masuk ke dalamnya! Apa sebenarnya yang mereka cari? Oh, ya Tuhan!" 

Dengan mata nanar keduanya 'terpaksa' melihat adegan live yang ditayangkan sebuah CCTV acak di pinggiran Pharez itu. Beberapa pengunjung berusaha lari keluar dari toko. Panik, mereka berlari ke segala arah. Namun tak semua berhasil. Satu-dua orang terakhir tak bisa kabur. Sesuatu di dalam berhasil menahan tangan atau kaki mereka. Mencengkeram bagian tubuh dan menarik masuk hingga mereka kembali masuk ke dalam!

Adegan berikutnya tak tertangkap oleh kamera. Tak ada suara yang terdengar juga. Namun Grace nyaris tak bisa menahan jeritan dan air mata.

"Leon, darah... ada darah keluar dari sela-sela pintu toko itu! Terjadi pembunuhan di sana!"

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun