"Huh, sampai kapan kita harus melakukan charity semacam ini? Lama-lama, bisnis Delucas bisa rugi besar!" Lady Rose entah sudah berapa kali mengeluh.
"Kau takkan pernah rugi, lihat, persediaan kita di sini masih banyak sekali, peternakan dan perkebunan masih berjalan lancar. Ingat, kita tak boleh menganggap tetangga kita sebagai lawan. Kita akan sangat membutuhkan bantuan dan pertolongan mereka untuk melindungi kita seandainya terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan!" Kenneth si dokter selalu bijak menenangkan.
"That's so wise of you! Oh ya, by the way, apakah kau sudah melaksanakan 'tugas utama' yang kuberikan kepadamu?"
"Memata-matai bu guru Cempaka, si gadis Evernesia itu?"
"Betul. Dan jangan bicara keras-keras. Ini hanya antara kita berdua saja!"
"Tentu saja, jangan khawatir. Memangnya selain memata-matai, ada hal lain yang kau inginkan untuk kulakukan?"
Lady Rose menyeringai. "Well, Kenneth, since you're still single, why don't you try to flirt with her? Tak ada salahnya mencoba, bukan?"
Kenneth tersipu-sipu. "Astaga, hal itu sama sekali tak terpikirkan olehku! Tapi, tentu saja aku bisa melakukannya. Yes, I definitely like her. She's young, innocent, as fresh and as pretty as a jasmine blossom. Dan sebagai seorang dokter muda yang cukup lumayan, mungkin ia bisa kutaklukkan dengan mudah!"
"Bagus. Setelah acara ini selesai, segera coba lakukan pendekatan. Kuperhatikan Orion sepertinya mengaguminya. Jangan biarkan Nona Cempaka berduaan saja dengan suamiku itu. Aku tak mau kembali diselingkuhi. Sudah cukup ayah Leon dan Grace saja!"
***
Sementara itu sambil menunggu Rani, Leon dan Grace masih terus memantau 'kondisi terkini' via sebuah deep web di komputer perpustakaan. Beberapa jurnalis amatiran yang berada di Everance mengabadikan lebih banyak momen gelap dari seluruh penjuru kota itu.Â