Sepertinya pembicaraan yang serius. Amunisi? Astaga... Tenggorokan Rani tercekat.
Lady Rose berbalik, "Oh, Nona Cempaka, selamat datang kembali!" Ia berusaha terlihat tenang dan anggun seolah tak terjadi apa-apa, "Well, kelihatannya kau sedikit kesiangan hari ini, tapi tak apa-apa, take your time. Silakan sarapan di dapur kami bersama Leon dan Grace! Aku nanti saja, masih harus mengurus banyak hal penting atas anjuran dokter Kenneth!"
"Ba-ba-baiklah! Maafkan aku dan terima kasih banyak!" Gugup Rani, segera menuju dapur, masih banyak pertanyaan bergelantungan di benaknya, Jangan-jangan, seperti kata Leon, kami harus siap menghadapi krisis virus Octagon yang memerlukan tak hanya protokol kesehatan belaka, namun juga senjata?
Rani tak ingin membayangkan semua adegan tembak-menembak itu dahulu, berharap takkan terjadi dan hanya akan menjadi kisah fiksi.
"Selamat pagi, Nona Rani!"
Sapaan ramah itu membuat sang guru jengah seketika. Hanya ada Orion di meja makan bersama aneka hidangan pagi hangat yang selalu tersedia berlimpah-limpah.
"Selamat pagi, Orion. By the way, di mana Leon dan Grace?"
"Mereka sedang memantau situasi dunia terkini di depan komputer di ruang perpustakaan. Kita hanya berdua saja di sini untuk sementara."
Mendengar perkataan Orion itu, pipi Rani memerah. "Oh, baiklah. Mereka remaja yang sangat cerdas dan penuh rasa ingin tahu."
"Ayo kita duduk dan makan sarapanmu dulu sebelum kau berangkat mengajar. Nanti kau lapar."
Sementara Rani makan, Orion di sisinya mengawasinya dengan mata cokelat yang gelisah. Pemuda itu tak serileks biasanya, walau tentu saja masih sangat manis dan mesra. Sesekali ditatapnya pintu, berharap tak ada orang yang akan segera masuk.