Tiba-tiba Orion menarik lebih dekat wajah Maharani. Sesuatu yang basah, lembut dan hangat menekan bibir gadis itu. Orion baru saja mendaratkan sebuah ciuman!
"Hei, apa-apaan ini? What the hell are you doing, Sir?" Rani yang terlalu terkejut spontan mendorong dada bidang Orion menjauh dari dadanya sendiri.
"Oops. I'm... sorry. I just... I was being too carried away. Maafkan aku, please. Maafkan..."
Kesal, Rani hampir ingin menampar pipi Orion. Namun melihat pria muda itu sepertinya menyesali desakannya, diurungkannya niat itu.
"Baiklah, tak apa-apa. Namun please, jangan lakukan lagi. Jangan desak aku seperti ini, Orion."
"Okay, I'll do your wish. I'll go. Once again, I'm so sorry about that sudden kiss. I didn't mean that. Good night."
Orion menggelengkan kepala sejenak, berbalik, lalu kembali masuk ke dalam main mansion.
Uh, apa sebenarnya yang baru saja terjadi? Maharani terdiam di tempat, masih bisa merasakan bibir pemuda Everopa itu di bibirnya. Ia tak tahu perasaan apa ini. Geli? Jijik? Atau malah... ingin mengalaminya lagi dan lagi? Seumur hidupnya ia belum pernah diperlakukan demikian. Ia belum pernah bergandengan tangan, berpacaran apalagi disentuh di bagian wajah. Di Evernesia, perbuatan Orion itu jelas tak bisa dibilang sopan. Apalagi dia sudah berstatus suami orang, majikan baru Rani!
Terbetik di hati Rani, jika Orion bisa saja hanya bermain drama alias mencari simpati seorang pendatang baru. Akan tetapi, gadis itu tak bisa begitu saja menarik kesimpulan.
Sebuah pernikahan palsu? Maharani masih berusaha keras mencerna semua pengakuan Orion itu, Apabila Orion benar, apa yang dapat kulakukan untuk 'menolong'-nya?
***