Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 11)

7 Februari 2023   11:12 Diperbarui: 7 Februari 2023   11:26 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumentasi pribadi

"A-a-apa?" Rani tak tahu harus menjawab apa, begitu terkejut dengan permintaan Orion yang mendadak dan begitu absurd itu. "Kau pasti hanya bercanda. Kumohon, jangan berpikiran buruk seperti itu, Orion. Maafkan aku, tapi aku sungguh-sungguh tak bisa membantumu, terutama apa yang tak layak kulakukan sebagai seorang guru dan tamu di kediaman Delucas ini!"

"Sebenarnya kau memang tak bisa, atau memang tak ingin membantuku? Apakah kau punya jalan keluar lain atas masalahku? Kau belum tahu jika masalah ini membuatku hampir gila! Jika kau tak bisa menolongku, lalu siapa lagi? Masa depanku, karierku, keinginanku untuk merasakan cinta sejati, semua sirna bersama pernikahan palsu ini!" Sedikit berteriak, Orion baru sadar jika ia terlalu terbawa emosi, mencoba mengatur napas yang mulai terengah-engah.

Mata Rani menyipit. "Palsu? Apa maksudmu?"

Orion berbisik perlahan sekali di telinga Rani, napasnya hangat membelai tengkuk gadis itu. "Hampir sama seperti di negerimu, Evernesia. Di Everopa ini juga ada tradisi yang hampir serupa dengan pernikahan di belahan dunia Ever lainnya. Pernikahanku dan Lady Rose sesungguhnya hanya pernikahan secara ritual saja, secara agama, tapi belum tercatat secara hukum! Lady Rose hanya ingin kelihatan memiliki pendamping, atau lebih tepatnya, agar tak terlihat seperti wanita kesepian! Ia mengambilku sebagai pelunas hutang, pemenuhan janji ibuku, sahabatnya sendiri!"

Rani masih terpaku. Sungguh, ia bingung dengan semua pengakuan sekaligus permintaan Orion itu. Perlahan-lahan sekali ia mencoba melepaskan kedua tangan Orion dari pinggulnya. Pemuda itu semula membiarkan.

Namun tangannya beralih ke rahang dan dagu Rani, menariknya semakin dekat ke wajahnya sendiri. Rani terkesiap. Baru kali ini ia berdiri sedemikian dekatnya dengan seorang pria muda.

"Kumohon, ini tidak untuk selamanya. Hanya sampai aku diusir dari sini. Kau takkan ikut diusir karena kau bekerja di tempat ini, tentunya sangat dibutuhkan. Sedangkan aku, Lady Rose akan segera menemukan penggantiku!"

Orion semakin tampan saja. Wajahnya mulus sekali, nyaris cantik. Ada bekas cukur yang tak begitu kentara, titik-titik kelabu super tipis di bawah kulitnya yang putih bersih tak bercela. Dagunya yang terbelah tepat di tengah tampil begitu menawan. Hidungnya begitu mancung. Mata cokelatnya tajam seakan ingin menusuk jantungku! Maharani merasa tubuhnya begitu lemas sekaligus tegang. Degup jantungnya bergemuruh.

"Jadi, please, Rani, saat ini hanya kaulah satu-satunya harapanku! Aku akan sangat bersyukur sekali jika kau sudi menolongku. Aku takkan hanya berterima kasih. Apapun yang kau inginkan akan kuberikan."

"Aku tak ingin apa-apa, aku..."

Tiba-tiba Orion menarik lebih dekat wajah Maharani. Sesuatu yang basah, lembut dan hangat menekan bibir gadis itu. Orion baru saja mendaratkan sebuah ciuman!

"Hei, apa-apaan ini? What the hell are you doing, Sir?" Rani yang terlalu terkejut spontan mendorong dada bidang Orion menjauh dari dadanya sendiri.

"Oops. I'm... sorry. I just... I was being too carried away. Maafkan aku, please. Maafkan..."

Kesal, Rani hampir ingin menampar pipi Orion. Namun melihat pria muda itu sepertinya menyesali desakannya, diurungkannya niat itu.

"Baiklah, tak apa-apa. Namun please, jangan lakukan lagi. Jangan desak aku seperti ini, Orion."

"Okay, I'll do your wish. I'll go. Once again, I'm so sorry about that sudden kiss. I didn't mean that. Good night."

Orion menggelengkan kepala sejenak, berbalik, lalu kembali masuk ke dalam main mansion.

Uh, apa sebenarnya yang baru saja terjadi? Maharani terdiam di tempat, masih bisa merasakan bibir pemuda Everopa itu di bibirnya. Ia tak tahu perasaan apa ini. Geli? Jijik? Atau malah... ingin mengalaminya lagi dan lagi? Seumur hidupnya ia belum pernah diperlakukan demikian. Ia belum pernah bergandengan tangan, berpacaran apalagi disentuh di bagian wajah. Di Evernesia, perbuatan Orion itu jelas tak bisa dibilang sopan. Apalagi dia sudah berstatus suami orang, majikan baru Rani!

Terbetik di hati Rani, jika Orion bisa saja hanya bermain drama alias mencari simpati seorang pendatang baru. Akan tetapi, gadis itu tak bisa begitu saja menarik kesimpulan.

Sebuah pernikahan palsu? Maharani masih berusaha keras mencerna semua pengakuan Orion itu, Apabila Orion benar, apa yang dapat kulakukan untuk 'menolong'-nya?

***

Sesungguhnya Orion malam itu tak ingin pergi lagi ke kamar utama di mana Lady Rose setia menunggu. Ia sudah muak mencoba bermesraan dengan wanita yang belum bisa ia cintai. Kadang memang pemuda itu membiarkan Lady Rose mencoba menggugah dirinya. Sebagai laki-laki normal, ia ingin mencoba kemampuannya. Meskipun tanpa cinta sekalipun, ia yakin ia bisa. Sekadar pemenuhan kebutuhan saja, tentunya ia masih mampu memuaskan istrinya. Walau hal itu masih menjadi misteri hingga saat ini. Lady Rose hanya bisa menikmati awal-awalnya saja, lalu Orion menarik diri.

"Selamat malam!" Orion menelan ludah.

Tubuh Lady Rose tetap segar dan kencang berkat perawatan diri maksimal yang ia sedari dahulu lakukan. Rajin berolahraga, melakukan berbagai macam diet serta telaten merawat diri semaksimal mungkin, Lady Rose sehari-hari tampil elegan bagaikan seorang selebriti.

"Orion!" Ternyata malam itu Lady Rose tak ingin melewatkan satu detikpun tanpa kehadiran pengantin prianya di atas ranjangnya.

"Ya! Aku di sini, Milady. Aku mau memberikan sesuatu kepada Anda, hadiah lama dari ibuku."

"Oh, what a surprise! Benarkah ibumu yang menyuruhmu menyampaikan hadiah untukku? Walau ia masih berhutang kepadaku, ia masih punya sesuatu?"

Orion mengeluarkan sebotol red wine, minuman anggur merah fermentasi yang sudah tua, langka dan bermutu tinggi, "Ini dari perkebunan keluargaku, walau kami sudah tak sekaya dahulu, paling tidak minuman anggur kami tetap yang terbaik."

Mata Lady Rose berbinar-binar. Apalagi saat Orion mengambil dua gelas berkaki dan menuangkan sedikit anggur ke dalamnya.

Wanita itu menyambutnya, melakukan tos, dan perlahan menyesap minuman lezat yang suaminya berikan.

"Astaga! Ini nikmat sekali! Sama seperti yang biasa kunikmati di restoran papan atas di Everlondon! Orion, memang tak salah aku memilihmu. Kau memang pemuda kota yang bukan hanya artistik, tampan, namun juga berselera tinggi dan sangat sophisticated! Aku sangat bangga bisa menjadi istrimu! Sampaikan kepada sahabatku, aku sangat berterima kasih atas hadiah istimewa ini!"

Orion tersenyum mengangguk. Anggur di tangannya sendiri nyaris tak ia sesap. Dibiarkannya Lady Rose minum sebanyak yang ia inginkan, begitu habis, segera dituangkannya lagi dan lagi.

Ya, minumlah sepuas-puasnya, Lady Rose... Jadi malam ini aku tak perlu bersamamu. Satu hari lagi berhasil kulalui, entah besok malam harus dengan cara apa lagi, hingga akhirnya aku bisa lepas dari dirimu.

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun