"Oh, ten-ten-tentu saja!" Cara Orion mengajak-nya sedikit membuat Rani gugup. Pemuda itu memandangnya dalam-dalam seperti ingin sekali mengatakan hal lain, namun sadar jika mereka masih berada di tempat terbuka. Sewaktu-waktu ada pegawai lewat dengan kereta kuda pembawa barang yang masih lazim digunakan di sini.
"Terima kasih dan percayalah kepadaku. Jangan khawatir, aku bukan pemuda yang tak sopan! Meskipun aku ingin sekali sesekali bisa memutar ulang waktu agar aku tak berada di sini saat ini." Orion kembali berjalan menuju ke main mansion, seolah masih berusaha menutup-nutupi apa yang ia ingin utarakan.
Rani diam-diam mengikutinya dari belakang. Diam-diam ia menikmati, mengagumi tubuh tinggi, ketegapan serta rambut lebat hitam kecokelatan berpotongan gondrong sebahu, ciri khas seorang Orion Delucas. Sosoknya begitu agung dan maskulin, lagi-lagi selalu membuatnya memikirkan adegan intim semalam.
Oh, why do I want you so bad, as bad as your look last night!
Rani menggeleng seakan ingin menepiskan kalimat gila itu dari benak. Astaga! Rani, tolong, jangan berpikir lagi tentang tubuhnya dalam keadaan seperti semalam itu! Terlalu memalukan dan terlalu nakal untuk gadis baik-baik sepertimu! Demikian ia menegur dirinya sendiri, walau imajinasi liar itu masih kerap muncul menggodanya.
***
Malam itu lagi-lagi Maharani diajak untuk makan malam dan menikmati family time yang menyenangkan bersama seluruh anggota keluarga Delucas.
Sama seperti kemarin, mereka asyik menonton acara televisi satelit prime time, sepertinya hal yang rutin mereka lakukan selepas makan. Walaupun kedua remaja Leon dan Grace sesekali masih mengulik media sosial di ponsel-ponsel mereka.
"Breaking News! Berita penting! Everance jatuh. Diadakan lockdown total. Sementara sebagian besar penduduk terinfeksi terpaksa diisolasi di rumah-rumah sakit serta penduduk yang sehat tak diizinkan keluar rumah. Pasokan makanan dan minuman jadi sangat terbatas. Everance sangat memerlukan bantuan logistik serta oksigen dan masker. Hal ini mengingatkan pada pandemi virus pernapasan menular dan mematikan beberapa tahun silam! Virus baru ini airborne dan juga sangat mematikan! Mengenai detail penyakit infeksi baru ini akan segera diumumkan oleh Everworld Health Organization secepatnya. Diharapkan seluruh dunia Ever tetap waspada, terima kasih dan salam sehat."
"Astaga, tampaknya semakin seru saja!" Leon tampaknya bersemangat, sementara anggota keluarga lain malah tampak prihatin.
"Kau ini, Leon! Sepertinya kau lupa jika kita selama hampir lima tahun tak bisa bepergian kemana-mana, sama dengan tanah airmu yang berpenduduk padat bukan, Nona Rani?" Grace balik meminta pendapat Rani yang masih terpana.
Guru muda itu memandang kosong ke layar televisi, teringat pada mimpi buruknya semalam. Entah mengapa, zombie-zombie mengerikan di Viabata itu belum mau pergi. Mereka berkelebatan di benaknya, sama seperti imajinasi liar tentang Orion kemarin malam yang masih senang berenang-renang di sana.
"Nona Rani, Anda baik-baik saja?" Lady Rose kali ini ikut tertarik pada diamnya Maharani, "Apakah ada keluarga dekat di Everance yang Anda khawatirkan, pacar atau semacamnya?"
Orion, begitu mendengar kata pacar seketika jadi tertarik dan ikut ingin mengetahui, meskipun dalam diam.
Dipandangi empat pasang mata keluarga Delucas, Maharani jadi gelagapan. "Oh, eh, bagaimana ya? Sesungguhnya 'sih aku..."
"Ah, aku sangat yakin Maharani tak memiliki famili di sana, juga belum memiliki pacar atau tunangan, iya 'kan? Meskipun ia masih sangat muda dan cantik, dan tentunya banyak pemuda di luar sana yang ingin berkenalan dan bersahabat dengannya!" Sepertinya ada nada iri dalam pujian Lady Rose itu, lalu dipandangnya kuku-kuku jemari tangannya yang lentik terawat setelah dimanikur siang itu, digoyang-goyangkannya seolah sengaja memamerkan kulitnya yang masih kencang, "Aku turut mendoakan semoga suatu hari nanti Anda akan menemukan jodoh yang sepadan, yang cerdas dan tampan, serasi seperti halnya Orion dan aku. Bukankah begitu, Orionku Sayang?" Diraihnya wajah tampan pemuda itu dan dikecupnya bibir sang suami tanpa ragu. Leon dan Grace terkikih malu, sedangkan Maharani hanya bisa menahan diri berusaha untuk tak terlihat jengah.
Orion juga tak dapat menghindar, perlahan sekali mundur dari bibir merah Lady Rose sambil tersenyum. "Oh, yes, of course Milady Rose. Excuse me, I have to go to mens' room. I'll be back soon."
"Please. But one more thing," Lady Rose melambai kepada kedua anak-anaknya, seakan menyuruh mereka menjauh. Keduanya mengerti, segera pergi dari ruang keluarga.
"Well, nanti malam, Orion, mari kita coba lagi. Kau tentu juga ingin memiliki keturunan dariku. Kurasa tubuhku masih cukup subur. Bukankah sekarang banyak sekali selebriti masih sanggup melahirkan pada usia sepertiku ini, benar bukan, Maharani?" Hal-hal itu enteng saja diutarakan Lady Rose di hadapan Rani yang sebenarnya masih sangat baru mereka kenal.
"Oh, oh, ya, tentu saja, Lady Rose!" Rani hanya bisa mengangguk-angguk tanpa benar-benar mengamini yang ia baru saja dengar, "aku juga permisi, ingin beristirahat di paviliunku. Terima kasih untuk hari pertama mengajar yang sangat menyenangkan! It really feels like home. So, good night."
"Good night, Dear. Sweet dreams! See you in the morning!"
Maharani terburu-buru pergi dari main mansion. Ia tak ingin melihat lagi semua yang semalam secara tak sengaja ia saksikan dari balik pintu kamar utama yang tak terkunci. Antara segan, malu dan cemburu. Sudah cukup, dan ia merasa harus segera pergi sebelum percik api itu berubah jadi lebih besar, panas menghanguskan. Sebagai sesama wanita, ia tak pernah suka pada kisah fiksi maupun nyata mengenai perselingkuhan, hubungan tak berstatus maupun seorang suami yang menduakan istri demi apapun. Tak terkecuali Orion, apa pun alasannya, itu hal yang tak dapat ditoleransi maupun dibiarkan!
Orion ternyata tak benar-benar pergi ke kamar mandi seperti yang tadi ia katakan. Pemuda itu telah menunggu di jalan keluar main mansion.
"Rani, please, wait a minute!"
Gadis itu berbalik, terkejut. "Oh, Orion. Apa yang kau lakukan di luar sini? Your wife is still waiting inside for you."
"Aku tak ingin bersama Lady Rosemary. Sejujurnya, aku tak pernah akan bisa mencintainya! Rani, maukah kau menolongku?"
"How can I help you? I'm still a newcomer here." Rani masih mencoba untuk menghindar, takut akan ada seseorang yang memergoki atau sedang mengintai mereka.
"Aku ingin sekali bisa lepas darinya, jika mungkin, aku ingin sekali agar bisa diusir dari kediaman Delucas ini!"
"Bagaimana mungkin?" Rani tercekat, tak mampu berkomentar dengan semua yang baru ia dengar.
Orion mendekat, hingga tubuh mereka nyaris bersentuhan. Rani ingin mundur sedikit, namun ia tak bisa! Pemuda itu erat memeluk pinggulnya, dan berkata,
"Kedengarannya ini hal gila, tapi maukah kau menjadi pacar gelapku?"
(Bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI