Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 10)

6 Februari 2023   15:37 Diperbarui: 6 Februari 2023   15:40 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumentasi pribadi

"Kau ini, Leon! Sepertinya kau lupa jika kita selama hampir lima tahun tak bisa bepergian kemana-mana, sama dengan tanah airmu yang berpenduduk padat bukan, Nona Rani?" Grace balik meminta pendapat Rani yang masih terpana.

Guru muda itu memandang kosong ke layar televisi, teringat pada mimpi buruknya semalam. Entah mengapa, zombie-zombie mengerikan di Viabata itu belum mau pergi. Mereka berkelebatan di benaknya, sama seperti imajinasi liar tentang Orion kemarin malam yang masih senang berenang-renang di sana.

"Nona Rani, Anda baik-baik saja?" Lady Rose kali ini ikut tertarik pada diamnya Maharani, "Apakah ada keluarga dekat di Everance yang Anda khawatirkan, pacar atau semacamnya?"

Orion, begitu mendengar kata pacar seketika jadi tertarik dan ikut ingin mengetahui, meskipun dalam diam.

Dipandangi empat pasang mata keluarga Delucas, Maharani jadi gelagapan. "Oh, eh, bagaimana ya? Sesungguhnya 'sih aku..."

"Ah, aku sangat yakin Maharani tak memiliki famili di sana, juga belum memiliki pacar atau tunangan, iya 'kan? Meskipun ia masih sangat muda dan cantik, dan tentunya banyak pemuda di luar sana yang ingin berkenalan dan bersahabat dengannya!" Sepertinya ada nada iri dalam pujian Lady Rose itu, lalu dipandangnya kuku-kuku jemari tangannya yang lentik terawat setelah dimanikur siang itu, digoyang-goyangkannya seolah sengaja memamerkan kulitnya yang masih kencang, "Aku turut mendoakan semoga suatu hari nanti Anda akan menemukan jodoh yang sepadan, yang cerdas dan tampan, serasi seperti halnya Orion dan aku. Bukankah begitu, Orionku Sayang?" Diraihnya wajah tampan pemuda itu dan dikecupnya bibir sang suami tanpa ragu. Leon dan Grace terkikih malu, sedangkan Maharani hanya bisa menahan diri berusaha untuk tak terlihat jengah.

Orion juga tak dapat menghindar, perlahan sekali mundur dari bibir merah Lady Rose sambil tersenyum. "Oh, yes, of course Milady Rose. Excuse me, I have to go to mens' room. I'll be back soon."

"Please. But one more thing," Lady Rose melambai kepada kedua anak-anaknya, seakan menyuruh mereka menjauh. Keduanya mengerti, segera pergi dari ruang keluarga.

"Well, nanti malam, Orion, mari kita coba lagi. Kau tentu juga ingin memiliki keturunan dariku. Kurasa tubuhku masih cukup subur. Bukankah sekarang banyak sekali selebriti masih sanggup melahirkan pada usia sepertiku ini, benar bukan, Maharani?" Hal-hal itu enteng saja diutarakan Lady Rose di hadapan Rani yang sebenarnya masih sangat baru mereka kenal.

"Oh, oh, ya, tentu saja, Lady Rose!" Rani hanya bisa mengangguk-angguk tanpa benar-benar mengamini yang ia baru saja dengar, "aku juga permisi, ingin beristirahat di paviliunku. Terima kasih untuk hari pertama mengajar yang sangat menyenangkan! It really feels like home. So, good night."

"Good night, Dear. Sweet dreams! See you in the morning!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun