Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Angpao Terakhir untuk Mei Ling (3 dari 3)

26 Januari 2023   06:33 Diperbarui: 26 Januari 2023   12:00 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada! Tapi justru hal itu sangat menguntungkan, jadi aku bisa berkelana bebas di rumah ini! Mei Ling melangkah ringan sambil mengepit tas tangan merah tanpa tali. Halaman kediaman Johan sangat luas ditumbuhi rumput hijau dan aneka bunga. Suasana sunyi berteman sejuk udara pegunungan. Mei Ling tiba di pintu utama mansion Keluarga Chow. Tidak ada deretan lampion di sana. Heran, kok tidak seperti suasana Imlek sama sekali! Tapi justru bagus sekali!

Diketikkannya chat di ponsel mewah, “Johan Sayang, aku sudah tiba di teras rumahmu!”

“Ya, selamat datang, Sayang! Aku segera menyambutmu. Kamu langsung masuk saja ya, pintu tidak dikunci,” balas Johan cepat.

Tidak terkunci? Huh, oke! Mei Ling merasa Johan ceroboh sekali. Kecerobohan yang menguntungkan!

Di dalam ruang tamu bak lobi hotel keras tercium aroma dupa, entah dari mana. Ruangan itu bersih luas namun sepi. Tak ada seorangpun pelayan atau penyambut berjaga. Suasana nyaris syahdu menjurus mistikal.

“Lurus terus di koridor utama, di ujung itu pintu kamarku!” chat Johan seakan memandu.

Ka-ka-kamar? Mei Ling tersipu. Baru pertama berkunjung kok sudah main ke kamar! Tapi okelah, mungkin di sana ada informasi pribadi yang bisa kukumpulkan untuk ayah!

Mei Ling maju. Koridor yang dimaksud Johan lurus di hadapan, terbentang jauh. Sebuah ruang sempit dingin dan gelap, di langit-langit berhias deret lampion-lampion merah dengan pendar cahaya di dalamnya. Oh, jadi suasana Imlek mulai di sini! Mewah juga! Mei Ling yang pemberani tidak takut gelap maupun kesendirian.

Di ujung koridor pintu terbuka. Mei Ling yang sempat berdebar-debar dibuat lega. Di sana sudah menunggu Johan, tampan dalam balutan busana tradisional Imlek berwarna maroon, seperti pangeran-pangeran dalam Drama China. Ruangannya temaram namun mewah dan nyaman; ada ranjang, sofa, set meja makan dan area kerja plus komputer yang menyala, sepertinya sang pemuda masih aktif bekerja di hari raya.

“Selamat Imlek! Selamat datang, Sayang. Maaf jika sambutan kami sedikit dingin, tak seperti biasanya. Opa Chow akan hadir bersama kita sebentar lagi. Beliau sudah sangat tua, jadi tak bisa segera datang kemari untuk bertemu! Beliau berkenan memberikanmu angpao super spesial!”

Mei Ling berdebar-debar. Apakah benar jika Johan akan mengikat janji dengannya hari ini di hadapan Opa Chow?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun