(Bagian 3)
“Jadi, kita akan segera bertunangan, Johanku Sayang?”
“Ya. Tunggu saja. Opa Chow juga sudah tidak sabar ingin segera bertemu denganmu. Kita akan bertunangan saat Imlek tiba! Bagaimana?”
“Bolehkah?”
“Mengapa tidak? Tak ada pantangan demikian di Hari Imlek!”
“Mengapa terburu-buru sekali?”
“Opaku sudah tua. Beliau ingin agar aku segera menikah asal dengan wanita yang kucintai.”
“Baiklah jika begitu.”
Beberapa bulan menjelang Imlek, hati Mei Ling selalu berbunga-bunga bagaikan pohon Sakura walau belum lagi musimnya. Johan Chow semakin menunjukkan perhatian yang hangat bagaikan bakpao siap santap dari kukusan. Mereka tak lama jadian setelah memutuskan untuk berbisnis. Johan Chow ternyata berbeda dengan mantan-mantan pacar Mei Ling terdahulu.
Pemuda ini tidak seperti Teddy Tan yang lugu dan sedikit lebay. Tak mudah bagi Mei Ling untuk memata-matai atau mencari kelemahan pemuda yatim piatu yang konon cucu bisnisman kaya itu. Hanya satu kesempatan yang sudah gadis itu tunggu-tunggu, Hari Raya Tahun Baru Imlek di awal tahun baru nanti. Bukan hanya untuk dapat angpao seperti yang sudah beberapa kali ia terima dari keluarga mantan-mantannya, melainkan untuk melangkah masuk lebih jauh ke ranah pribadi seorang Johan Chow.