(Lanjutan kemarin.)Â
Sudut Pandang / point-of-view seseorang tak dikenal:
Emily! Bagaimana mungkin ia bisa berada di sini, dalam kerajaan kelamku yang tak layak untuknya ini?
Dengan bingung tubuh gadis yang memang kucari-cari itu kudekap seketika dalam tubuh kurusku dari lantai yang kotor, basah berlumpur dan sangat dingin. Biarpun aku seketika langsung bernafsu saat menyadari inilah mangsa yang kucari dan kuinginkan selama ini, tentu saja aku masih punya rasa kasihan dan juga sesuatu yang lain. Kelembutan yang selama ini aku tak pernah rasakan.
Sungguh, aku tak tega bila melihatnya begini.
Kugendong saja tubuhnya yang mungil dan ringkih itu entah ke mana, mencari tempat terdekat. Aku tahu masih ada ruangan yang pernah digunakan untuk menahan orang, mungkin orang sepertiku yang di masa lalu pernah ditangkap sebagai tahanan di sini.
Puri ini memang penuh rahasia dan aku salah satunya. Apakah aku memiliki darah Vagano juga? Aku tak mengerti dan masih belum yakin benar.
Sebuah ruangan yang kutemui berterali besi dan di dalamnya ada sebuah tempat berbaring, kurasa ini yang dinamakan ranjang, karena aku sendiri tak punya ranjang.
Kubaringkan Emily di sana dan menatapnya. Ia masih belum sadarkan diri.
Apa yang harus kulakukan?
Aku hanya bisa duduk sendiri di pojok ruangan. Kupandangi saja sosok tak berdaya yang masih terlihat begini cantik di dalam kegelapan.
Rencana dan keinginanku untuk mengapa-apakannya masih begitu besar dan kuat. Aku masih begitu cemburu dan iri kepada Ocean yang sempat menciumnya.
Aku ingin sekali mendekat dan menciumnya. Aku ingin melakukan lebih dari itu. Seperti saat melihat tubuhnya secara tak sengaja.
Di sini, di lorong-lorong bawah tanah yang gelap ini, takkan ada yang bisa mengetahui apa yang kuperbuat. Tapi entah kenapa, aku merasa tak bisa.
Aku tak bisa.
Meskipun begitu aku sempat melihat pakaian Emily telah basah dan kotor terkena sampah dan lumpur di dasar lorong tempat ia terjatuh. Aku tahu ia pasti kedinginan.
Naluriku berkata ia butuh pakaian kering dan baru. Baju dan celana yang kukenakan saja sudah sangat jelek dan bau, entah bekas siapa semua pakaian ini. Tapi aku berkeliling ruangan sekitar situ dan berhasil menemukan kain putih yang sudah tua, mungkin bekas penutup tempat tidur atau semacamnya.
Dengan tangan gemetar dan perasaan aneh berkecamuk dalam hatiku, dan juga kelelakianku yang menuntut haknya, aku membuka pakaian basah Emily.
Ia terbaring polos di hadapanku, begitu mengundang. Ia seperti yang kuidamkan selama ini, semua keputusan berada di tanganku.
Kunikmati sebentar pemandangan indah itu. Ia masih tak tahu. Bahkan aku sempat mendekat dan ingin menyentuh tubuhnya. Tetapi belum.
Kulitnya begitu licin dan putih. Dan yang terindah adalah dua bukit di dadanya itu, begitu ranum dengan dua puncak kembar berwarna pink kecoklatan. Serta tentu saja sesuatu di antara kedua pahanya yang sama sekali berbeda dengan milikku. Tertutup rambut halus dan juga masih sangat rapat bagaikan pintu rahasia ke dunia lain. Kupelajari semua seperti seorang anak kecil, karena aku sungguh masih seperti seorang anak-anak dalam hal ini.
Tidak, tidak, tidak! Aku tak boleh merusak semua ini dengan kebejatanku.
Maka segera kulampiaskan sendiri semua dalam diam, tanpa sedikitpun menyentuh Emily.
Lalu segera kututupi tubuhnya dengan ketakutan yang amat sangat.
Kuputuskan untuk membawanya kembali ke kamarnya, mumpung Si Tua belum tahu bila aku dan Emily 'bertemu' hari ini!
Dan aku yang sudah sedikit-banyak hafal rute Puri Vagano akibat penyelidikan rahasia malamku tentu saja tak menemui kesulitan.
Emily kuletakkan di ranjangnya dengan aman. Lalu aku pergi ke kamar mandinya dan membasuh diri sejenak.
Setelah aku sedikit lebih bersih, kupandangi cermin yang ada di kamar mandi itu.
Astaga. Ternyata benar. Aku sangat mirip dengan Ocean dan Sky. Aku seorang Vagano. Kembar ketiga Vagano.
(Bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI